Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Love & Faith: Ending yang Menggantung

10 Maret 2015   11:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pencinta film nasional kembali disuguhkan film perjuangan berdasarkan kisah nyata dari seseorang dengan latar belakang keturunan Tiongkok. Setelah film Merry Riana yang lumayan sukses, sekarang muncul Love & Faith, menggambarkan perjuangan seorang Tjie Hoei (sebelum berganti nama menjadi Karmaka Surjaudaja) yang sejak remaja bergelimang derita, namun akhirnya sukses membesarkan Bank NISP.

Sebelum difilmkan, sudah diterbitkan buku biografi Karmaka yang berjudul "Tidak Ada yang Tidak Bisa" yang ditulis oleh Dahlan Iskan. Kebetulan saya sudah membaca bukunya dan juga menonton filmnya. Menurut saya, jika penonton ingin tahu kiat-kiat Karmaka dalam membesarkan bank NISP, maka sebaiknya membaca dari buku, karena film hanya menceritakan sebahagian dari buku, yakni dari masa kecil Karmaka sampai di akhir pemerintahan Soekarno.

Kwee Tjie Hoei (diperankan Rio Dewanto) lahir di Tiongkok pada tahun 1934 yang kemudian hijrah ke Indonesia. Sewaktu masih berusia 10 bulan, ia dibawa ibunya menyusul ayahnya, Kwee Tjie Kui (Ferry Salim), yang telah tinggal di Bandung lebih dulu. Kwee Tjie Hoei sambil sekolah di sebuah SMA, nyambi sebagai guru les. Salah satu muridnya adalah Lim Kwei Ing (Laura Basuki) yang kelak menjadi istrinya. Hoei menjadi guru sambil membiayai adiknya, Kwee Tjie Ong (diperankan Dion Wiyoko), kuliah hingga sang adik lulus menjadi dokter.

Hoei mendapat amanat dari mertuanya untuk menyelamatkan bank di mana mertuanya memiliki saham di situ. Bank tersebut sedang bermasalah karena adanya kongkalingkong orang dalam yang menggerogoti kekayaan bank. Konflik Hoei dengan pejabat lama itu diolah dengan baik. Juga kiatnya meredakan ketegangan karyawan karena gonjang-ganjing yang menimpa banknya tersebut, digambarkan dengan baik dan bahkan mampu memainkan emosi penonton. Namun ketika banknya baru mulai sembuh, terkena lagi musibah inflasi gila-gilaan di tahun 1965 membuat Hoei betul-betul kelimpungan.

Di bagian akhir film, ada adegan dokter memukili wajah Hoei yang sudah seperti orang kurang waras, agar Hoei sadar dan bangkit. Pas Hoei dengan susah payah bangkit secara fisik, berakhirlah film Love & Faith dengan diberi tulisan bahwa akhirnya bank NISP mampu menjadi bank yang hebat. Namun apa yang dilakukan Hoei agar banknya bangkit dan berkembang di era Orde Baru sampai sekarang (termasuk saat ditimpa krismon 1998), sama sekali tidak terlihat. Apakah dimaksudkan akan ada film lanjutannya? Kita tunggu saja. Di samping itu, kehadiran film Love & Faith mudah-mudahan menjadi inspirasi pembuatan film sejenis, kisah hebat dari pejuang keturunan Tiongkok lainnya, semisal PK Ojong (pendiri kelompok Kompas) atau William Soeryajaya (pendiri Astra). Toh, bukunya juga sudah lama beredar, tinggal filmnya yang belum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun