Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lidah Padang dan Ikan Patin

3 November 2014   18:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Dinas ke luar daerah selalu mengasyikkan bagi saya, terutama ka daerah yang belum pernah saya kunjungi. Minggu lalu saya berkesempatan ke provinsi Riau. Karena jalur utama yang padat yakni Bangkinang, Pekanbaru, Duri, dan Dumai, sudah beberapa kali saya kunjungi, kali ini rute yang saya pilih adalah ke bagian selatan Riau, Pekanbaru-Pangkalan Kerinci-Rengat-Air Molek-Teluk Kuantan.

Sudah "budaya" di tempat saya bekerja, tuan rumah atau kantor cabang yang dikunjungi mengajak makan tamunya. Di Riau, sebagaimana Kalimantan, makanan berbahan ikan sangat melimpah. Khusus Riau, sangat terkenal dengan ikan patin. Jadilah saya, siang malam menikmati ikan patin dalam beberapa versi, di goreng, digulai, dibakar, atau asam pedas. Jujur, sebetulnya saya tidak begitu menikmati, tapi harus mengatakan "enak" di hadapan tuan rumah. Makanya, saya tidak pernah bisa menghabiskan satu ekor ikan, meski porsi kecil sekalipun. Padahal, untuk masing-masing orang disediakan satu ekor ikan.

Lidah Padang saya, yang lebih beraroma "padang darek" (daratan di sekitar Bukittinggi-Payakumbuh), memang dari kecil relatif jarang makan ikan. Sekali-sekali ada juga makan ikan air tawar dan belut. Beda dengan "padang pasisia" (daerah pinggir pantai seperti Pariaman-Padang-Painan), yang relatif akrab dengan ikan. Makanya kalau masakan Padang ala Bukittinggi, termasuk Nasi Kapau, lebih dominan daging ayam dan sapi. Sedangkan ala Pariaman, terkenal dengan gulai kepala ikan.

Kembali ke cerita "jamuan" makan, sebagai tamu saya merasa malu kalau minta diajak ke rumah makan Padang terbaik di kota itu. Tentu tuan rumah sudah memilihkan tempat yang juga terbaik untuk "melayani" tamunya. Dan tempat terbaik itu lazimnya memang restoran seafood baik dengan bumbu lokal atau chinese. Diam-diam kalau saya belum puas, biasanya setelah sampai di hotel, saya keluar sendiri untuk cari rumahmakan Padang. Perangai saya ini ternyata juga dilakukan beberapa teman asal Padang, yang bekerja di perusahan yang sama dengan saya. Dulu saya pernah ke Balikpapan, yang saat itu kepala cabangnya di jabat oleh teman asal Padang. Setelah mendarat di bandara, saya langsung digiring ke rumahmakan Padang ternama di kota itu. Ia tahu selera saya, satu selera dengannya.

Nah, untunglah saat saya di Riau minggu lalu, di destinasi terakhir, kota Telukkuantan, saat kantor cabang memesan di restoran seafood, mereka sudah mau tutup. Akhirnya, saya diajak ke rumah makan Padang dengan nama terkenal (karena sudah diwaralabakan, banyak buka cabang di berbagai tempat), yang kebetulan belum begitu lama diresmikan. Tawaran itu saya sambut dengan sukacita. Yesss. Maknyuss.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun