Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebaran di Rumah Ibu Azizah, Apanya yang Salah?

17 Juli 2015   15:09 Diperbarui: 17 Juli 2015   15:09 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ibu Azizah, seorang guru SMA dengan umur sudah setengah baya, harusnya bisa berlebaran dengan nyaman. Soalnya sejak 3 minggu sebelum lebaran, sekolah sudah diliburkan. Artinya bu Azizah bisa fokus mengerjakan pekerjaan rumahtangga termasuk mempersiapkan menyambut lebaran. Kenyataannya hampir setiap hari Bu Azizah ngomel - ngomel. Apa pasal?

Memang sejak 2 atau 3 tahun terakhir Bu Azizah tidak lagi memakai pembantu rumah tangga (PRT). Sering gonta ganti PRT malah jadi tidak efektif. Ada yang nyolong uang sedikit demi sedikit. Ketahuannya di kamar PRT tersebut ditemukan segepok uang yang nomor serinya berurutan dan nyambung dengan nomor seri stock uang Bu Azizah yang disimpan di laci lemari di dalam kamarnya. Ada yang tiap sebentar minta izin pulang kampung. Ada yang sering dikunjungi pacarnya. Ada yang kerjaannya tidur doang atau nonton tv doang dan langsung pura-pura sibuk setelah Bu Azizah pulang ke rumah. Dan rata-rata sebetulnya belum trampil bekerja. Baju putih yang dicuci pakai mesin jadi bewarna kecoklatan. Beberapa baju kerja bu Azizah dan juga suaminya yang pegawai bank "kebakar" disetrika sang PRT.

Mengingat anaknya mulai besar, Bu Azizah berharap masing-masing anak bisa mengurusi dirinya sendiri, maka mantap sudah Bu Azizah tidak lagi memakai jasa PRT. Namun kenyataannya, menghadapi lebaran tahun ini Bu Azizah keteteran. 2 anaknya yang tertua adalah laki-laki. Satu kuliah di Surabaya, dan satu di Depok namun tetap tinggal di rumah. Anak bungsu seorang cewek kelas 2 SMA. Semua anaknya tidak bisa diharapkan ikut membantu pekerjaan rumahtangga. Mereka kebanyakan main game di laptop masing-masing. Tidur jauh malam. Setiap mau makan sahur perlu diteriaki berkali-kali. Kamarnya masing-masing betantakan. Baju kotor tergeletak di lantai. Buku dan kertas berserakan.

Dengan marah-marah Bu Azizah berhasil memaksa anaknya bergotong-royong membersihkan rumah seperti ngepel lantai dan membersihkan berbagai perabotan. Namun karena tidak terbiasa, hasilnya ya gitu deh.Jadinya Bu Azizah capek sendiri, termasuk menyiapkan berbagai hidangan untuk lebaran.

Apanya yang salah? Menanamkan kedisiplinan kepada anak tidak bisa instan.Dan kalau dimulai saat si anak sudah remaja, boleh dibilang terlambat. Kalau sudah besar, karakter anak sudah terbentuk dan perlu usaha ekstra untuk diperbaiki. Idealnya sejak anak-anak, kedisiplinan sudah ditanamkan sehingga jadi kebiasaan saat sudah besar.

Dulu saat Bu Azizah kecil, orang tuanya bisa mendisiplinkan anak-anaknya. Urusan kerja rumahan terbagi habis di antara 4 orang anak. Urusan mendaftar sekolah, belajar, masing-masing bisa mengurus sendiri. Pas ia menjadi Ibu, kok yang sibuk mendaftarkan sekolah anak, menyuruh anak belajar, justru ibunya sendiri. Si anak cuek cuek aja. Jangan salahkan zaman yang udah beda. Mungkin karena orang tua sekarang dimanjakan PRT, sehingga lalai mendisiplinkan anak.

Jadi kalau hari ini ada yang berlebaran ke rumah Bu Azizah, dan mendapati kondisi rumah yang kayak "kapal pecah", harap dimaklumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun