Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Komodo Kurang Greget Setelah Masuk 7 Keajaiban Dunia

1 Februari 2017   06:59 Diperbarui: 1 Februari 2017   07:28 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal Bandara Komodo (Dokumentasi Pribadi)

Bagaimana kabar perkembangan pariwisata di Pulau Komodo? Saat beberapa tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2013, pulau ini digadang-gadang akan jadi destinasi wisata favorit karena ditabalkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia di bidang warisan alam.

Sudah lebih tiga tahun berlalu, dan beberapa program khusus telah digelar seperti Sail Komodo, kesannya harapan yang dulu tergambar, belumlah terwujud. Memang ada kemajuan dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan, tapi tidak begitu signifikan naiknya. Boleh dikatakan gregetnya masih kurang.

Dari pengalaman saya berkunjung ke Pulau Komodo di tahun 2015 yang lalu, motivasi saya dan beberapa wisatawan yang sempat saya tanya, hanya sekadar memuaskan rasa penasaran. Cukup melihat gerak gerik binatang purba tersebut dengan rasa ngeri-ngeri sedap selama kurang lebih satu sampai dua jam di beberapa lokasi, cukup sudah.

Apalagi beberapa instruksi dari pemandu harus diikuti, agar keselamatan pengunjung terjamin. Jadi tidak bisa bebas seperti wisatawan menonton gajah di Thailand. Juga bukan seperti menonton binatang buas dari balik kaca mobil di Taman Safari. Di Pulau Komodo, pengunjung merasa capek karena mau tak mau harus berjalan kaki beriringan dengan pemandu yang berada di posisi depan, menuju beberapa lokasi yang ada komodonya.

Jadi, kalau yang dipromosikan dalam berbagai iklan pariwisata hanya tentang komodo, orang yang sudah pernah melihat, tidak  ingin datang lagi. Beda dengan wisatawan yang ke Bali, Yogya, Malang atau Bandung, berulang-ulang pun tidak bosan, karena ada banyak obyek wisata. Bahkan boleh dikatakan setiap tahun muncul lagi obyek baru.

Dinas pariwisata setempat kayaknya telah menyadari hal ini sepenuhnya. Maka yang dijual sekarang adalah Labuan Bajo. Inilah sebuah kota pelabuhan yang terletak di ujung barat Pulau Flores. Komodo hanya menjadi salah satu obyek yang bisa dikunjungi dengan naik kapal dari Labuan Bajo. 

Justru pemandangan sepanjang perjalanan dari Labuan Bajo ke pulau yang dihuni komodo (Pulau Rinca dan Pulau Komodo), juga terlihat sangat indah. Para wisatawan kebanyakan menginap di salah satu hotel di Labuan Bajo, karena bisa berangkat pagi ke pulau tersebut, sorenya sudah kembali lagi.

Agar wisatawan betah tinggal beberapa hari, maka obyek lain perlu digarap di sekitar Labuan Bajo. Pantai, goa alam, dan areal persawahan dengan struktur menarik, bisa dipromosikan. Tentu juga kuliner ikan laut yang banyak di warung tenda saat sore dan malam di pinggir pantai Labuan Bajo, juga menjadi daya tarik. Adapun bagi bule-bule penggila selam, banyak tersedia spot yang indah. 

Kendala sebetulnya tidak banyak, terutama sejak dibangunnya bandara baru di Labuan Bajo, dan sudah adanya maskapai penerbangan yang melayani Jakarta - Labuan Bajo secara langsung. Tidak lagi via Denpasar seperti dulu dengan pesawat baling-baling dari Denpasar. Hotel-hotel dan kafe pun semakin banyak bermunculan, sehingga aura daerah wisatanya sudah terlihat.

Yang terasa berat sebetulnya adalah masih relatif mahalnya uang yang harus dikeluarkan wisatawan yang ingin melihat komodo, karena kapal harus disewa secara harian. Sampai sekarang belum ada kapal yang dioperasikan sebagai angkutan umum dengan trayek berjadwal dari Labuan Bajo ke Pulau Rinca dan Pulau Komodo.

Ini memang ibarat ayam dan telor. Pengusaha kapal tentu merasa rugi bila memulai membuka trayek tanpa kepastian adanya penumpang dalam jumlah yang memadai. Sebaliknya calon pengunjung jadi enggan berangkat begitu mengetahui tidak ada angkutan umum berjadwal. Barangkali perlu kapal bersubsidi dari pemda sambil sekalian mengukur animo wisatawan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun