Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Seladi dan Prinsip Know Your Employee

24 Mei 2016   11:20 Diperbarui: 24 Mei 2016   12:12 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah seorang polisi Bripka Seladi yang menjadi pemulung di luar waktu dinasnya, dan menolak pemberian dari orang-orang yang dibantunya mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM), karena menganggap semuanya sudah tugas, membuahkan apresiasi dari banyak pihak. Salah satunya adalah dari Ketua DPR Ade Komarudin yang kemaren (Senin 23/5) menyerahkan piagam penghargaan kepada Seladi.

Pada kesempatan penyerahan penghargaan di Gedung DPR-RI tersebut, Ade Komarudin mengingatkan Bripka Seladi yang sekarang adalah anggota Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Malang, agar setia mengabdi pada pekerjaannya sebagai penegak hukum, meskipun kini sosoknya sudah dikenal publik.  "Saya tidak mau beliau jadi seperti Briptu Norman yang malah keluar dari kedinasannya lalu jadi penyanyi," ujar Akom, sapaan akrab Ade Komaruddin sebagaimana diberitakan tempo.co.id.

Sebelumnya Kompas 20 Mei 2016 mengangkat profil Seladi dan juga banyak diberitakan media lain, termasuk rekan kompasiner Bambang Setyawan yang menulis "Menolak Suap Polisi ini Memilih Jadi Pemulung" dan menjadi salah satu headline Kompasiana beberapa hari yang lalu. Lalu publik pun terkesima, betapa kokohnya integritas seorang Seladi. Efek akumulasi publikasi menjadikan Seladi seperti seorang selebriti.

Apa jadinya bila Seladi tidak "ditemukan" wartawan, dan dugaan saya, bisa jadi ada banyak Seladi lain di seluruh penjuru nusantara. Tentu saja Seladi akan menjalani hari-harinya seperti biasa. Hanya saja tanpa publikasi membuat orang lain tidak mengetahui kisah yang menginspirasi ini.

Sangat mungkin tetangga Seladi dan beberapa rekan dinasnya tahu tentang keseharian Seladi. Bisa jadi ada yang kasihan. Bisa pula ada yang mencibir karena menilai tak layak seorang polisi merangkap jadi pemulung. Berkat publikasilah dengan angle yang tepat termasuk mengutip penjelasan dari Seladi sendiri, publik menyadari betapa mulianya prinsip yang dipakai Seladi. Maksudnya tanpa publikasi, bisa jadi ada banyak Seladi yang salah dimengerti oleh orang yang mengenalnya.

Oke kita menyebutnya sebagai kisah yang menginspirasi. Tapi belum tentu juga yang merasa terinspirasi lalu melakukan perbuatan yang sama nilainya, bukan untuk jadi pemulungnya, tapi untuk teguh tidak menerima pemberian terkait bidang tugasnya. Biasanya pembaca hanya berdecak kagum, terharu, lalu ada beberapa pihak  yang "mendompleng", dan setelah itu kehidupan berjalan  seperti biasa. Yang biasa terima suap ya tetap terima suap.

Inspirasi bila pula bersifat negatif. Melihat Seladi banyak menerima apresiasi, siapa tahu ada pegawai level bawah yang nyambil kerja lain, mungkin jadi  tukang angkut barang, pengojek, tukang parkir, atau berjualan di emperan jalan, yang merekayasa agar diliput wartawan. Yang beginian, niatnya yang harus diluruskan, dan wartawan yang berpengalaman akan mampu mendeteksi hal ini.

Nah dengan asumsi Seladi yang diliput wartawan hanya sebagian kecil dari semua Seladi yang ada, maka agar nilai-nilai positif dari semua Seladi bisa menjadi role model, tak bisa lain, atasan langsung di kantor harus mengetahui keseharian anak buahnya, mengetahui kondisi sosial ekonominya, dan mengetahui gaya hidupnya. Hal ini sekaligus juga untuk menemukan bila ada anak buah yang justru kebalikan dari Seladi, yang gaya hidupnya mewah padahal pangkatnya rendah.

Dalam birokrasi, atasan langsung dari pegawai level bawah biasa disebut kasubsie (kepala sub-seksi). Lazimnya, mengacu teori rentang kendali dalam ilmu manajemen, seseorang mampu mengontrol 4 sampai 8 orang anak buah. Jadi seorang kasubsie membawahi beberapa orang pegawai, lalu seorang kepala seksi membawahi beberapa kasubsie. Begitu seterusnya sampai ke atas. Seorang menteri tentu saja tidak tahu gaya hidup pegawainya di level bawah, tapi seharusnya mengetahui gaya hidup beberapa dirjen yang satu lapis di bawahnya.

Prinsip mengenal anak buah tersebut di atas dikembangkan dari prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer = KYC) yang wajib di kalangan perbankan. KWC tujuannya adalah untuk mencegah tindakan pencucian uang. Bila ada nasabah yang bertransaksi dalam jumlah amat besar, perlu dianalisis apakah sesuai dengan profil pendapatannya. Bila nasabahnya seorang pegawai bergaji Rp 10 juta per bulan tiba-tiba dapat kiriman uang Rp 500 juta, maka perlu ada penjelasan dari mana asalnya dan untuk tujuan apa.

Karena di bank frekuensi fraud yang melibatkan orang dalam juga relatif sering, prinsip KWC dikembangkan pula dalam prinsip KYE (Know Your Employee), atau prinsip mengenal anak buah itu tadi. Jadi kalau seorang atasan diam-diam mendatangi rumah anak buah secara bergiliran setiap bulannya, itu bukan semata-mata untuk silaturahmi, tapi untuk KYE.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun