Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepuasan Dalam Tawar Menawar Harga

31 Oktober 2014   22:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:01 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Satu hal yang membuat pasar tradisional masih bertahan di tengah gempuran pasar modern, adalah karena berlakunya praktek tawar-menawar harga antara pembeli dan penjual. Pasar modern dengan sistem harga pas, terasa kurang memberi kepuasan bagi sebahagian masyarakat yang terbiasa menawar sebelum membeli.

Namun kepuasan setelah membeli hanya berlaku sementara saja. Begitu kita mengetahui harga barang yang sama di kios sebelah lebih murah, kita segera kecewa kenapa terlalu cepat memutuskan membeli sesuatu sebelum membandingkan dengan harga di kios lain. Yang lebih menyakitkan kalau besoknya ada teman yang bisa membeli lebih murah di toko yang sama, kita langsung merasa tertipu. Kita juga tidak puas dan merasa terjebak kalau tawaran kita langsung disetujui. Contoh, harga barang Rp 10.000. Kita menawar Rp 8.000. Lalu si penjual buru-buru setuju dan membungkus barang. Kita jadi bingung, jangan-jangan kalau tadi ditawar Rp 6.000, penjual juga mau.

Beberapa trik yang bisa dilakukan agar kita merasa puas dalam tawar menawar adalah, pertama, jangan langsung berbelanja di toko pertama. Meski barang yang kita incar ada di toko tersebut, bilang saja kita mencari jenis lain, sebagai alasan untuk pamit. Dengan dasar harga di toko pertama, kita sudah punya standar harga sewaktu mencari di toko kedua, ketiga, dan seterusnya. Kedua, setelah keliling beberapa toko, baru garap agak serius melakukan penawaran. Namun bila menurut anda harganya masih kelewat tinggi, langsung saja to the point, tanya harga pas-nya berapa? Ternyata harga pasnya sedikit sekali turunnya, ya anda jangan sungkan-sungkan ber-acting. Anda pasang wajah sedih, lalu bergerak perlahan meninggalkan toko. Baru kalau penjual minta anda menawar lagi harga yang katanya sudah pas itu, anda buru-buru minta maaf, sambil mengatakan "nggak usah ah, saya hanya mampu bayar separohnya saja". Kalau anda beruntung, biasanya penjual akan ngomong, "jangan bilang-bilang yang lain ya, ini hanya untuk kamu saja, saya turunkan lagi jadi sekian rupiah. Anda jangan tergoda, tapi langsung saja begerak meninggalkan toko. Bila penjual tidak memanggil lagi, anda sudah dapat manfaat, yakni tahu harga paling bawahnya, sehingga di toko sebelah anda bisa beli maksimal segitu. Tapi, syukur-syukur anda dipanggil lagi, sehingga harganya hanya sedikit di atas penawaran anda yang separoh harga itu tadi. Kalau begini, anda bisa mengatakan ok, tolong dibungkus. Lalu senyum anda akan mengembang membawa barang.

Trik di atas, hanya berlaku di toko kecil, kios, atau lapak kaki lima. Itupun berlaku buat barang-barang yang tidak sering kita beli, seperti pakaian, sepatu, ikat pinggang, tas, dompet, alat-alat elektronik, barang pecah belah, dan lain-lain. Konon, di Pasar Tanah Abang, Jakarta, trik di atas ampuh dilaksanakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun