Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Keberpihakan Penyiar Olahraga

1 April 2016   17:26 Diperbarui: 4 April 2016   20:09 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi penggemar siaran langsung olahraga yang ditayangkan banyak stasiun televisi, tentu telah mengenal nama penyiar atau pembawa acara yang memandu tayangan tersebut. Masing-masing punya gaya atau ucapan khas, seperti Valentino Simanjuntak yang terkenal dengan "jebret"-nya setiap ada gol yang tercipta dalam siaran sepakbola. Ada pula Hadi Gunawan dengan ucapan "ahay" setiap ada situasi nyaris gol.

Di era TVRI sebagai satu-satunya stasiun televisi sampai tahun 1980-an, Almarhum Sambas adalah penyiar acara olahraga yang sangat kental jiwa nasionalismenya.  "Saudara-saudara se tanah air, mari kita berdoa buat tim Indonesia" adalah kalimat yang sering terlontar dari mulutnya dengan suara yang khas serak-serak basah. Tentu hal tersebut terucap bila yang bertanding di lapangan hijau adalah timnas Indonesia atau pemain yang mewakili Indonesia di lapangan bulutangkis.

Sangat wajar keberpihakan penyiar dalam kaitannya dengan pertandingan yang membawa nama negara. Soalnya jelas TVRI adalah televisi yang pemirsanya adalah penduduk Indonesia. Boleh-boleh saja pemirsa warga negara lain yang kebetulan bisa menonton tayangan tersebut merasa dongkol. Tapi yang jelas pastilah mayoritas penonton senang dengan ajakan Sambas untuk berdoa.

Namun sungguh tidak terbayangkan bagi saya bila katakanlah dalam siaran laga sepakbola Persib versus Arema, lalu ada penyiar yang berpihak pada Persib dan mengajak pemirsa berdoa untuk kemenangan Persib. Alangkah konyolnya. Karena tentu di samping ditonton para bobotoh, Aremania juga banyak yang menonton tayangan tersebut. Untung saja tidak ada penyiar yang melakukan kebodohan seperti itu.

Hanya saja bila pemirsa jeli mengamati, secara tanpa sadar penyiar kadang-kadang bisa ditebak isi hatinya. Bila setiap Persib menyerang lalu berhasil dihalau pemain Arema, oleh penyiar sering terucap "ah sayang sekali.... " dengan nada kecewa, maka sang penyiar mungkin pro Persib. Tapi bila terhadap situasi yang sama sang penyiar berkomentar dengan memuji ketangguhan pemain belakang Arema, dan hal seperti ini berkali-kali dilontarkan dengan nada puas, maka mungkin ia seorang Aremania.

Dari pengamatan saya terhadap siarang langsung berbagai turnamen sepak bola antar klub, para penyiar telah melakukan tugasnya secara independen. Setiap klub mana pun yang melakukan serangan namun gagal membuahkan gol, sering dikomentari dengan "sayang sekali", sambil mengomentari kehebatan back atau kiper yang menggagalkan upaya mencetak gol tersebut.

Lalu atas setiap gol yang tercipta, terlepas dari klub manapun yang mencetak gol, pasti akan diteriakkan secara heboh dan meriah, karena pada dasarnya tujuan akhir pertandingan sepak bola jelas adu banyak mencetak gol. 

Gol adalah peristiwa yang paling ditunggu-tunggu, dan dapat disebut sebagai klimaks dari suatu alur serangan. Tentu beda dengan laga timnas Indonesia melawan misalnya timnas Malaysia. Saat timnas Malaysia mencetak gol ke gawang Indonesia, sangat mungkin penyiar berteriak tanpa ekspresi gembira (kangen menonton timnas kita lagi yang sampai sekarang masih terkena sanksi FIFA ).

Indonesia adalah negara yang sangat heterogen, termasuk dalam kaitannya dengan penggemar olahraga. Dalam pertandingan antar sesama klub domestik, diharapkan pemandu acara tayangan langsung di televisi, termasuk komentatornya, mampu menjaga netralitasnya, meski dalam hati sangat mungkin si komentator pro pada klub kota asal atau kota kelahirannya.

Wartawan media cetak skala nasional juga telah mampu memberitakan secara netral. Untuk koran lokal sah-sah saja bila pemberitaannya dilihat dari sisi klub lokal setempat.  By the way, klub mana nih yang akan memboyong Piala Bhayangkara, Persib atau Arema? 

Saya pribadi tidak menjagokan salah satunya. Tapi sangat berharap mendapat hiburan dari laga yang fair. Tanpa hujan kartu. Tanpa banyak protes ke wasit. Tanpa banyak pemain yang sengaja mencederai lawannya. Tanpa drama berteriak-teriak kesakitan atau berguling-guling di lapangan. Tanpa dorong-dorongan antar pemain. Tanpa lemparan botol atau adanya asap dari bangku penonton.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun