Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamar untuk Istri Ketua KPK

27 Februari 2014   20:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:24 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kompas hari ini, Kamis 27 Februari 2014, menurunkan cerita menarik tentang Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, yang melakukan perjalanan dinas ke Makassar. Sang istri ikut diajak mengunjungi kota asal ketua KPK tersebut.

Dikisahkan bahwa, Abraham Samad harus membuka satu kamar hotel lagi untuk sang istri dengan biaya sendiri. Adapun kamar yang ditempati Abraham dibiayai oleh negara, jadi tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi. Kita salut untuk integritas ketua KPK yang berusaha memisahkan secara tegas kepentingan dinas dan kepentingan pribadi.

Tapi, seandainya sang istri menginap di kamar pak ketua, apakah ada kerugian negara secara finansial? Standar hotel biasanya satu kamar memang untuk 2 orang, dalam arti biaya per kamar untuk 1 orang atau 2 orang sama saja. Hotel telah menyiapkan compliment yang sudah masuk dalam harga kamar, berupa peralatan tidur dan mandi, serta kupon breakfast untuk 2 orang. Lain halnya kalau diisi 3 orang (misal bawa anak 1 orang), akan ada extra charges. Justru, kalau akhirnya pak ketua memilih untuk tidur di kamar sang istri, yang memang dibayar secara pribadi, terdapat ketidak-efisienan alias mubazir, karena negara membiayai 1 kamar yang tidak digunakan. Tentang pak ketua tidur di kamar yang mana, koran Kompas tidak menjelaskan.

Apapun juga, pilihan ketua KPK pantas untuk kita hormati. Meskipun sebetulnya beliau bisa saja membawa istri ke kamarnya, karena tidak ada kerugian finansial bagi negara, toh beliau tidak melakukan itu. Alasannya barangkali dilatarbelakangi azas kepatutan atau kepantasan, tidak sekadar azas finansial belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun