Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Dengan Supervisi Dari KPK Tidak Laku

12 Mei 2014   18:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:35 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Karena membaca ulasan di Kompas Minggu kemaren, saya tertarik untuk menonton film yang berjudul "Sebelum Pagi Terulang Kembali". Film tersebut menggambarkan realita yang banyak dihadapi keluarga kelas menengah di perkotaan yang berprofesi sebagai pegawai negeri. Cerita mengalir lancar, dan meski bermuatan anti korupsi dengan mendapat supervisi dari KPK, tapi film tersebut jauh dari menceramahi penonton.

Yan sebagai pejabat di Kementrian Perhubungan dan istrinya yang dosen Filsafat UI hidup sederhana dengan memegang teguh sikap anti korupsi. Tapi 3 orang anaknya masing-masing punya promblem yang bikin pusing orangtuanya. Anak pertama, Firman, cerai dari istrinya, lalu kembali ke rumah orangtuanya. Firman yang pengangguran akhirnya diajak Satria, anak ke 2, yang menjadi kontraktor. Satria dan Firman terlibat persekongkolan dengan Hasan, anggota DPR dan sekaligus pacar Dian, si anak bungsu keluarga Yan. Satria berhasil meraih proyek pembangunan pelabuhan dengan menyuap pejabat, tanpa setahu bapaknya. Namun akhirnya, setelah tahu anaknya ikut terlibat, Yan minta berhenti jadi PNS. Akhir cerita, Yan dan istrinya seperti diliputi kesunyian yang amat sangat, tapi lega karena tidak mau terlibat korupsi. Anak-anaknya ditangkap KPK, dan Dian batal nikah karena sang pacar ternyata telah punya istri dan anak.

Terenyuh juga saya menonton film ini. Pertama, tentang kisah film itu sendiri, yang menggambarkan bahwa bagi yang memegang teguh aturan haruslah siap-siap untuk dikucilkan , dianggap aneh, bahkan oleh keluarga sendiri. Sebegitu parahkan kondisi bangsa ini, sehingga yang dielu-elukan adalah yang berani melanggar aturan? Kedua, menyangkut aspek komersial film, yang bisa dikatakan tidak laku, padahal film bagus, dengan bintang kenamaam seperti Alex Komang, Nungki Kusumastuti, Roy Marten, Fauzi Baadila, Ringgo Agus Rahman, dan Adinia Wirasti. Baru pertama kali saya mengalami, film yang saya tonton di hari libur, hanya terisi 3 orang penonton. Bisa dipastikan, produser lain akan kapok menggarap tema sejenis, dan strategi KPK untuk mensosialisasikan anti korupsi dalam bentuk yang kreatif akan kembali tersendat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun