Namanya juga TV berita. Tentu tayangannya hampir semua bersifat berita, dari politik, kriminal, seni budaya, sampai olah raga. Persaingan sesama TV berita terlihat cukup ketat. Ada yang terlihat jelas orientasi politiknya. Ada yang mencoba netral, tapi secara tersamar pemirsa bisa menebak. Namun, secara umum, berita utama yang ditayangkan semua TV berita, relatif sama.
Di samping topik berita yang sama, ada lagi kesamaan lain dari sekitar lima stasiun TV berita nasional yang sering saya ikuti, yakni semuanya sering mengulang-ulang berita yang sudah ditayangkan tiga atau empat jam yang lalu. Jadi sebuah berita bisa ditampilkan enam sampai delapan kali dalam empat puluh delapan jam. Â Baru setelah itu berita tersebut tidak muncul lagi, atau muncul lagi tapi dengan penambahan di sana sini.
Bahkan di TV yang program utamanya bersifat hiburan pun, juga mempunyai siaran berita, minimal tiga kali sehari, yakni di pagi, siang dan sore hari. Berita yang berulang-ulang juga tidak terhindarkan di TV hiburan. Kira-kira apa alasan redaksi yang menggodok pemberitaan di TV, "hobi" mengulang-ulang berita?
Pertama, berita tersebut dinilai "hangat" dan menjadi bahan pembicaraan masyarakat. Biasanya hal ini menyangkut pernyataan dari tokoh publik terkenal, peristiwa politik seperti pilpres atau pilgub, operasi tangkap tangan oleh KPK, aksi teroris, bencana besar yang baru terjadi, kasus kriminal yang sadis, atau pertandingan olah raga pada event akbar.
Kedua, untuk memberikan kesempatan bagi sebanyak-banyaknya pemirsa agar mengetahui berita hangat tersebut. Jadi pemirsa yang belum sempat menonton berita pagi karena sedang di perjalanan ke kantor, bisa menonton di siang hari saat istirahat. Kalau ketinggalan juga di pagi dan siang, bisa menunggu di sesi sore atau malam.
Ketiga, mengharapkan efek blow-up karena ada nilai strategis dari berita tersebut, baik untuk kepentingan umum, atau untuk kepentingan politik tertentu. Semakin sering diulang diharapkan akan menimbulkan berbagai opini baru dari berbagai titik pandang.Â
Keempat, untuk efisiensi dalam operasional peliputan berita. Jika setiap penayangan berisikan berita baru, tentu ongkosnya mahal. Di lain pihak pendapatan TV berita dari iklan tidaklah sebesar TV hiburan.
Namun tentu saja tayangan berita yang diulang-ulang, bisa pula berakibat jelek. Contohnya, bagi pemirsa yang dari pagi sampai sore nongkrongin TV berita saja, pasti cepat bosan. Itu lagi, itu lagi. Bandingkan dengan media cetak, tak ada berita yang sama dalam suatu edisi.
Makanya ibu-ibu rumah tangga, para pensiunan, petugas di ruang jaga, dan mereka yang punya banyak waktu untuk menonton TV, kebanyakan menonton berita sebagai selingan saja, dan menjadikan acara hiburan seperti sinetron, musik, atau komedi, sebagai tontonan utama.
Jangankan berita, mendengarkan lagu yang sama pun, meski lagunya lagi ngetop, paling orang sudah puas menikmatinya tiga kali saja. Setelah itu ia ingin mencari lagu ngetop yang lain. Untuk itu, sebaiknya berita di TV maksimal diulang dua kali saja. Namun kalau sifatnya menambahkan atau meng-up date, boleh-boleh saja lebih sering diulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H