Saya sangat menikmati tulisan yang mengulas pertandingan sepakbola. Bukan tulisan terkait lembaga yang mengelolanya seperti PSSI atau FIFA. Menurut saya bahasa bola adalah bahasa terindah, berbunga-bunga, dan sering luput dari pengamat bahasa. Bahasa bola tidak kalah indah dengan puisi karya penyair ternama.
Pilihan kata untuk bahasa bola demikian kaya. Penulisnya dimanjakan untuk memilih kata yang disukai, atau bisa membuat kosakata baru. Sebagai contoh, untuk menuliskan peristiwa "gol" saja boleh ditulis dengan mencetak gol, menorehkan gol, membukukan gol, menyarangkan bola ke gawang lawan, menjaringkan gol, melesakkan gol, memaksa kiper lawan memungut bola dari gawangnya, menggetarkan gawang, merobek gawang, mengoyak gawang, dan mungkin banyak istilah lain. Gol yang seharusnya tidak sah namun disahkan oleh wasit disebut sebagai "gol tangan Tuhan". Gol ke gawang sendiri disebut "bunuh diri".
Bola sebagai objek, ternyata bisa diperlakukan dengan berbagai istilah. Mulai dari disepak, ditendang, disundul, ditanduk, sampai digocek, digiring, digoreng, digunting, diiris, disisir, dan entah apa lagi. Khusus untuk seorang kiper yang boleh pakai tangan, maka kata kerjanya selain menangkap bola, juga bisa menepis dan meninju, yang bisa dilakukan sambil terbang. Umpan yang biasanya dikenal dalam pemancingan di kolam ikan, ternyata hal yang sangat lazim dalam pertandingan bola. Ada umpan lambung, umpan terobosan, umpan terukur, umpan silang, tendangan pisang, tendangan gledek, bola matang, tapi ada juga bola liar.
Dari sisi pemain, ada yang disebut sebagai pemain jangkar, pengatur serangan, pemain pelapis, palang pintu, tukang gedor, perusak atau pemancing emosi lawan, dan sebagainya. Gaya permainan bisa bermacam-macam. Ada yang menerapkan sepakbola menyerang dengan berbagai istilah untuk mendeskripsikannya seperti: satu dua sentuhan, bola-bola pendek dari kaki ke kaki, gerak tanpa bola, dan seterusnya. Kalau sistem bertahan ada yang disebut dengan gaya parkir bus, man to man marking, dan sebagainya. Permainan yang mengandalkan pertahanan tentu berharap meraih kemenangan melalui serangan balik atau serangan kilat.
Kalau satu kesebelasan menang besar tanpa balas, biasa disebut dengan "mencukur gundul". Kata-kata lain yang juga beraroma ganas yang menggambarkan menang besar tersebut adalah: membenamkan lawan, menenggelamkan, menghempaskan, di samping kata-kata yang netral seperti mengalahkan, menaklukkan, menundukkan, menang telak, dan sebagainya. Sedangkan lawannya disebut: keok. Kalau pertandingan berakhir dengan skor 0-0 disebut "kacamata". Draw, seri, imbang, juga biasa dipakai. Namun, ternyata skor pertandingan bola bisa diatur kalau para pemain bermain "mata", sampai tercipta istilah sepakbola gajah.
Klub yang sudah memastikan maju ke babak berikutnya meski masih menyisakan pertandingan, disebut "melenggang". Sedangkan tim yang menunggu keajaiban untuk lolos ke babak berikut disebut sebagai "bagai telur di ujung tanduk". Lalu tentu juga ada tim kuda hitam untuk klub yang semula tidak diperhitungkan, tapi ternyata bermain bagus.
Memang, para pemain bola sering disebut pula sebagai seniman bola karena permainannya yang cantik memikat, atau juga karena actingnya yang luar biasa saat diving atau saat berguling-guling kesakitan. Tapi para penulis dan komentator bola pun juga layak disebut "seniman" melalui pilihan kata-katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H