Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Athirah, Keikhlasan Sebagai Kekuatan Seorang Ibu

2 Oktober 2016   15:43 Diperbarui: 2 Oktober 2016   15:47 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Athirah (dok. movie.co.id)"

Buku biografinya sudah lama terbit, dan ditulis oleh penulis spesialis biografi terkenal, Alberthiene Endah. Tapi saya terlanjur berburuk sangka terhadap buku tentang ibunda dari Jusuf Kalla (JK) ini, menganggapnya hanya untuk pencitraan. Soalnya, setiap musim kampanye banyak sekali buku tentang tokoh tertentu diterbitkan.

Tapi ketika seorang produser film ternama Mira Lesmana yang satu paket dengan sutradara handal Riri Riza (paket ini antara lain telah membuktikan karya fenomenalnya melalui film Ada Apa dengan Cinta 1 dan 2, dan Laskar Pelangi), maka saya merasa pasti ada sesuatu yang unik dari kisah Athira, terlepas dari obsesi Riri Riza yang berdarah Bugis, yang ingin sekali mengangkat film dengan latar belakang Bugis.

Maka ketika film tersebut diputar, saya telah merencanakan untuk menonton, dan baru terlaksana Sabtu (1/10) di salah satu bioskop di sebuah mal di Jakarta. Mungkin karena kurang promosi, film ini relatif sepi penonton, berbeda dengan produksi Mira Lesmana lainnya. Atau momennya yang kurang tepat, karena film Warkop Reborn, masih tayang meski sudah satu bulan menjadi penghuni bioskop.

Film Warkop telah menyentuh angka 6 juta penonton, rekor terbesar sepanjang sejarah perfilman nasional. Tapi harus diakui film ini ditunjang dengan anggaran promosi yang amat besar, dan cara berpromosinya pun lumayan kreatif, walaupun dari sisi mutu relatif biasa saja.

Kembali ke Athirah, ada beberapa hal yang menonjol. Pertama, terlihat begitu pas menghadirkan era tahun 50-an dan 60-an. Pastilah ini hasil survei mendalam dari seorang Riri Riza sehingga mampu menyalin kepiawaian alm.Teguh Karya yang sangat detail pada setting dari suatu adegan.

Perabot yang digunakan, pakaian pemain termasuk figurannya, kuliner yang dihidangkan termasuk alat memasak, kain tenun tradisional termasuk proses pembuatan dan pemasarannya, radio dan lagu yang dikumandangkannya, suasana pesta pernikahan, suasana kesibukan perdagangan di toko tempo doeloe, sampai alat transportasi yang bersliweran, pas banget.

Kedua, unsur budaya Bugis juga sangat terlihat. Bahkan pembukaan film dimulai dengan acara pernikahan dalam format hitam putih dan seperti film dokumenter era 40-an, terlihat eksotik. Alunan musik tradisional Bugis juga terlihat kental di banyak adegan, di samping budaya makanan, kain tenun, dan rumah panggungnya.

Ketiga, ini sebuah film yang islami tanpa terkesan berkhotbah. Hal ini terlihat dari seringnya adegan orang shalat, termasuk Ucup (panggilan JK), anak lelaki tertua Athirah, yang sering dibangunkan ayah atau ibunya untuk shalat subuh. Juga ada adegan Athiran yang membaca Al Qoran sambil terisak-isak galau, sekaligus menjadi pembuktian kemampuan seni peran yang mumpuni dari Cut Mini, pemeran Athirah.

Bagaimana ia menyimpan rasa sakit hati sekaligus ikhlas juga terlihat setiap suaminya saat malam dengan dandanan rapi mengucap salam meninggalkan rumah, Athirah merenung sebentar menahan geram, tapi beberapa detik kemudian ia tetap menjawab salam tersebut dengan takzim.

Adegan paling mendebarkan menurut saya adalah saat Ucup menemani Athirah datang ke pesta pernikahan anak dari Matuladda, tokoh masyarakat Makassar. Athirah sebelumnya sudah mengingatkan suaminya agar datang bersama ke pesta tersebut, tapi suaminya menjawab ia sangat sibuk dan tidak bisa datang. 

Eh gak taunya, ketika Ucup dan ibunya lagi menikmati jamuan di pesta tersebut, datanglah ayah Ucup dengan istri mudanya. Kontan Ucup menggamit ibunya untuk segera pulang naik becak ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun