Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Cuan Melimpah Menyambut Lebaran di Kampung Nastar

28 Maret 2025   08:10 Diperbarui: 28 Maret 2025   13:30 5246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja merampungkan pembuatan nastar Max Amazing di Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, Banten, Jumat (21/3/2025). | KOMPAS/AGUS SUSANTO

Harga nastar yang dijual Tasya Rp 65.000 per stoples. Pada daftar yang terpasang di dinding turut tercantum harga kue lain, seperti sagu keju, kue kacang, dan mede cokelat. 

Tasya hanya salah satu contoh, masih banyak pembuat kue lain yang tersebar di beberapa gang, terutama Gang Merpati I dan Merpati II. 

Di depan gang-gang tersebut didirikan gapura yang bertuliskan "Kampung Nastar", menandakan penghidupan warganya dari aneka kue kering, terutama nastar.

Mari kita lihat contoh lainnya, yakni di tempat perajin nastar bernama Sri Kusmiati. Pemilik Max Amazing Cookies tersebut sudah berpengalaman di bidang produksi kue sejak 25 tahun lalu. 

Menurut keterangan Sri Kusmiati, saat ini lebih kurang 350 stoples kue kering dihasilkan per hari, yang sebagian besar adalah kue nastar.

”Kalau bukan lagi puasa, satu atau dua lusin stoples saja. Makanya, saya sekarang enggak lihat ponsel dulu,” ujar Kusmiati sambil tertawa. 

Meskipun bukan pelopor, Kusmiati termasuk yang dianggap senior di Kampung Nastar. Kusmiati mengungkapkan apa keuntungan yang dirasakan warga dengan terciptanya lapangan kerja. 

”Saya enggak tahu pasti banyaknya, tapi kalau ratusan orang yang terserap, ya, ada. Warga yang tadinya pekerja berani untuk membuka usaha,” tuturnya.

Setiap pekerja menerima upah di kisaran Rp 100.000 hingga Rp 125.000 per hari. Jelas, cukup banyak yang terbantu karena adanya kampung nastar.

Jangan pikir, antar pembuat kue di sana saling bersaing, karena mereka semua terlihat rukun dan kompak. Rezeki masing-masing tidak akan tertukar. 

”Saya saja mikir, tahun 2025, bakal kenapa-kenapa. Eh, ternyata malah keteteran. Rezeki memang tak akan tertukar di Kampung Nastar,” kata Kusmiati sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun