Di sebelah Masjid terdapat sebuah tabuah (bedug) yang diyakini seumur dengan masjid tersebut. Pada awal pembangunan Masjid Tuo Kayu Jao, pola bangunan tidak menggunakan paku namun tetap mampu berdiri kokoh.
Toilet dan tempat wudhu di halaman masjid sudah menggunakan produk masa kini, dan sumber airnya dari sungai kecil yang mengalir di dekat masjid yang airnya jernih.
Ada sensasi tersendiri yang saya rasakan ketika saya melakukan salat Zuhur, sekaligus dijamak dengan salat Ashar di masjid tersebut pada siang Selasa (28/1/2025) yang lalu.
Memang, karpet masjid tempat saya salat sudah karpet modern, tapi sewaktu sujud masih terasa papan di balik karpet. Artinya, masjid ini sepertinya masih berlantai papan.
Ada rasa haru menghinggapi saya saat sujud, mungkin karena aura kekunoannya. Juga perasaan bangga dengan masyarakat setempat yang mampu memelihara masjid, sehingga masih kokoh di usia lebih dari 4 abad.
Tentu ada perbaikan atau pembaruan yang telah dilakukan sepanjang sejarah berdirinya Masjid Tuo Kayu Jao, tapi tidak mengubah arsitektur kunonya.
Di banyak daerah lain, masjid tua seperti itu sudah berubah bentuk menjadi bergaya modern, sehingga kehilangan jejak sejarahnya yang sebenarnya sangat bernilai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI