Saya terbang dari Jakarta ke Pekanbaru, Riau, pada Sabtu lalu, kemudian berlanjut ke Payakumbuh bersama adik saya sekeluarga. Adik saya yang berdomisili di Pekanbaru akan berlibur beberapa hari di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Dengan kendaraan roda empat yang dikemudikan adik saya, kami berangkat pada hari Minggu (22/12/2024) sekitar pukul 07.00, setelah sebelumnya sarapan nasi goreng di rumah adik saya.
Dalam kondisi normal, perjalanan sejauh sekitar 188 kilometer itu, biasanya memakan waktu selama 3,5 jam hingga 4 jam saja.
Namun, karena kondisi adanya tanah longsor yang menutup sebagian jalan raya di dua titik menjelang perbatasan Riau dan Sumbar, waktu tempuh yang kami jalani jauh lebih lama, yakni 7,5 jam.
Informasi tentang kondisi jalan memang telah kami dapatkan, sehingga sebelum berangkat kami telah membekali diri dengan air mineral dan roti untuk dibawa dalam perjalanan.Â
Kami mengantisipasi kalau lapar dan haus saat antre ketika sistem buka tutup diberlakukan di dua titik di atas. Kebetulan lokasi tanah longsor di kawasan yang sepi tanpa ada toko atau rumah di pinggir jalan.
Sekitar pukul 9.30 kami telah sampai di Rantau Barangin dan beberapa kilometer lagi akan menghadapi buka tutup di titik pertama.
Meskipun sudah ada roti dan air mineral, karena mau buang air kecil, akhirnya kami berhenti untuk masuk sebuah kios makanan kecil yang ada fasilitas toiletnya.
Jadilah kami duduk sebentar sambil minum kopi dan menikmati cemilan, setelah urusan ke toilet kelar. Harga makanan kecil di perjalanan antar kota lebih mahal ketimbang di perkotaan atau di pemukiman.
Uang sebesar Rp 240.000 (untuk 7 orang) pun berpindah tangan dari saya ke penjaga kios. Niat yang sekadar mau buang air kecil membuahkan pengeluaran tidak terduga yang relatif besar menurut ukuran kantong saya.
Ringkas cerita, pada sekitar jam 12.00 kami telah melewati buka tutup di titik kedua. Perjalanan ke Payakumbuh masih sekitar 2 jam lagi.