Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) jelas-jelas bukan partai politik. Namun, siapapun yang jadi Presiden RI, tak mungkin mengabaikan 2 organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
Maka, tak usah heran bila di setiap pembentukan kabinet baru, selalu ada "jatah" menteri bagi kader NU dan juga Muhammadiyah.Â
Tentu, perlu pula diakui, apakah dianggap jatah atau bukan, kader Muhammadiyah dan NU yang dipilih oleh presiden menjadi menteri, bisa pula dinilai sebagai seorang profesional, karena memang menguasai bidang tertentu.
Ada yang menarik pada Kabinet Merah Putih yang baru-baru ini dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto.Â
Ternyata, jumlah kader Muhammadiyah dan NU relatif banyak, mungkin sebagai dampak semakin gemuknya kabinet saat ini.
Paling tidak, ada 6 kader Muhammadiyah dan juga 6 kader NU yang dipilih Prabowo. Adil atau tidak, bisa saja diperdebatkan. Tapi, semuanya sah-sah saja sebagai pelaksanaan hak prerogatif presiden.
Jika dilihat dari jumlah pengikutnya, NU lebih besar ketimbang Muhammadiyah. Tapi, dari sisi jumlah institusi pendidikan, rumah sakit dan klinik, Muhammadiyah lebih banyak dari NU.Â
Kedua organisasi Islam tersebut tidak saling bersaing, tapi saling mendukung dan telah banyak kontribusinya bagi kemajuan bangsa dan kerukunan antar umat beragama.
Inilah enam kader Muhammadiyah yang dipilih oleh Prabowo untuk bergabung di Kabinet Merah Putih.
Pertama, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mu’ti MEd  sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.