Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Bukan Soal Nomor Urut, Rekam Jejak Lebih Menentukan

26 September 2024   07:08 Diperbarui: 26 September 2024   07:08 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai warga DKI Jakarta, saya akan menggunakan hak demokrasi dengan memilih salah satu dari tiga pasangan calon (paslon) yang berkontestasi pada Pilkada Serentak 27 November 2024 mendatang.

Beberapa postingan dari teman saya yang kecewa karena sosok pilihannya tidak ikut bertarung di pilkada, karena tidak ada partai yang mengusung, tidak membuat saya terpengaruh.

Postingan itu intinya ajakan untuk memilih semua paslon atau tidak memilih sama sekali, yang saya terjemahkan sebagai semacam gerakan golongan putih (golput).

Saya berpendapat, walaupun Pilkada kali ini punya kelemahan, terutama karena partai tidak mengakomodir aspirasi sebagian masyarakat, kita tetap perlu menyukseskan Pilkada Serentak.

Nomor Urut Pilkada di Jakarta adalah nomor 1 untuk paslon Ridwan Kamil-Suswono, nomor 2 untuk Dharma Pangrekun-Kun Wardhana, dan nomor 3 untuk Pramono Anung-Rano Karno.

Hingga detik ini, saya belum memutuskan akan memilih siapa, dan pilihan saya sama sekali tidak ada kaitannya dengan nomor urut di atas.

Meskipun nomor urut cukup penting bagi tim kampanye masing-masing Paslon dalam rangka menciptakan gimik, tapi sungguh tak ada artinya bagi saya, selain sekadar menjadi penanda di kertas suara.

Bukankah dari berbagai survei, tak pernah ada bukti ilmiah soal pengaruh nomor urut terhadap kemenangan paslon dalam pemilu?

Nomor urut hanya bertujuan untuk memudahkan para pemilih, terutama kelompok lansia dan pemilih remaja pemula, untuk menentukan pilihan. 

Bahkan, seandainya tidak ada nomor urut sekalipun, karena sistemnya memilih secara langsung, maka nama dan foto paslon sebenarnya sudah cukup.

Kalaupun paslon mendapat nomor urut satu atau nomor favorit lainnya, tapi popularitasnya sangat rendah, maka itu tak akan banyak membantu.

Partai pengusung bukan menjadi kriteria bagi saya. Bisa saja saya nanti memilih paslon yang diusung oleh partai yang bukan partai pilihan saya.

Visi dan misi paslon akan saya perhatikan tapi bobotnya kecil. Visi misi ini bagi saya terlalu general, hanya semacam kata-kata indah. 

Umpamanya, ada yang punya visi menjadikan Jakarta sebagai kota yang aman dan nyaman. Tapi, kalau persoalan banjir dan macet belum tuntas terselesaikan, visi itu tak berarti apa-apa.

Meneliti rekam jejak masing-masing paslon, menjadi hal yang akan saya lakukan dengan mengolah dari berbagai referensi. 

Ini menjadi faktor penentu bagi saya dalam menentukan pilihan, karena berkaitan dengan bukti kerja paslon selama ini.

Faktor integritas paslon akan tergambar pada rekam jejaknya tersebut, apakah pernah terkait dengan kasus korupsi atau tidak. 

Bahkan, sekadar ada dugaan terlibat pun, bagi saya ini sudah jadi nilai minus dalam hal integritas.

Apalagi, bila terbukti tidak melaporkan kekayaannya ke KPK, atau melaporkan kekayaan dengan angka yang rendah, padahal publik melihat si paslon sebagai orang kaya.

Debat antar kandidat yang akan diselenggaran KPU tentu juga akan saya simak. Program kerja yang lebih rinci harusnya akan terlihat pada debat. 

Tapi, saya sangat paham kalau debat ini bersifat pengandaian atau sekadar berandai-andai. Bisa saja ketika nanti menang, program yang dijanjikan tidak bisa dilakukannya.

Soal blusukan yang dilakukan paslon juga perlu dicermati, karena bisa melihat seberapa dekat dengan rakyat. Namun, publik perlu hati-hati dengan blusukan yang sekadar pencitraan.

Jadi, siapa yang akan saya pilih? Tunggu saja tanggal mainnya. Yang pasti, rekam jejak menjadi faktor penentu bagi saya dalam menentukan pilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun