Jelas, ada semacam ketidakadilan antara pelaku usaha di daerah yang jaringan internetnya lancar dengan yang tidak punya atau tidak lancar jaringan internetnya.
Baik, kita beralih sebentar ke kisah sebuah bank yang punya jaringan kantor sangat tersebar di seluruh Indonesia. Bank ini menjangkau daerah pelosok, terluar, atau terisolir.
Pada tahun 2016, manajemen bank tersebut memutuskan untuk membeli satelit sendiri agar transaksi perbankan di mana pun juga bisa online realtime.Â
Jadi, bank tersebut tidak membeda-bedakan pelayanan, baik kepada nasabah private-nya di daerah elit di Jakarta, maupun nasabah kecil di Pulau Natuna, Pulau Rote, atau di Kepulauan Talaud.
Begitulah kondisi geografis Indonesia. Dengan belasan ribu pulau yang menyebar, tidak gampang bagi suatu perusahaan mengelola usahanya bila jaringannya merata hingga ke semua daerah.
Tindakan manajemen bank yang berani membeli satelit sendiri, tak ayal mendapat tanggapan pro dan kontra dari pengamat perbankan.
Yang tidak setuju, mempertanyakan biaya pembelian satelit yang sangat besar, padahal bank tidak berbisnis sebagai penyedia jaringan komunikasi seperti perusahaan telekomunikasi.
Namun, buktinya bank dimaksud hingga sekarang masih berhasil mempertahankan predikatnya sebagai bank dengan perolehan laba terbesar di Indonesia.
Bank tersebut punya struktur nasabah yang didominasi oleh pelaku UMKM. Ternyata, UMKM jika diberi kepercayaan oleh bank, rata-rata bisa berkembang dengan baik.
Kemudian, mari kita lihat perkembangan terakhir. Kehadiran Elon Musk di Bali 19 Mei lalu, telah menandai era baru dalam jaringan komunikasi yang lebih merata di negara kita.
Soalnya, internet Starlink yang dimiliki Elon Musk pada hari itu resmi diluncurkan di Indonesia dengan menggunakan satelit orbit rendah.