Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Bencana Alam Terjadi Lagi, 3 Lagu Ebiet Perlu Dihayati

19 Mei 2024   06:11 Diperbarui: 19 Mei 2024   06:20 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ebiet G Ade|dok. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho, dimuat Kompas.com

Sudah kodrat Indonesia bahwa secara geografis sangat rawan bencana alam. Banyaknya gunung berapi yang masih aktif menjadi salah satu penyebabnya, selain pergerakan lempeng bumi.

Namun, bukan berarti kita harus menerima takdir begitu saja tanpa berikhtiar untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan mitigasi bencana.

Paling tidak, kalaupun bencana alam itu datang, masyarakat sekitar lokasi bisa melakukan langkah antisipasi, sehingga korban jiwa dan harta bisa ditekan serendah mungkin.

Terakhir, seperti kita ketahui, terjadi bencana banjir bandang lahar dingin di Ranah Minang yang menghanyutkan banyak bangunan, kendaraan, dan juga lebih dari 50 orang meninggal dunia.

Selalu ada hikmah di balik musibah. Namun, ketika kondisi sudah kembali normal, kita sering lupa. Baru ketika musibah datang secara mendadak, kita terlambat lagi melakukan mitigasi.

Hal ini sudah sejak dulu menjadi keprihatinan sebagian kalangan, antara lain dirasakan oleh musisi yang sekaligus penyair, Ebiet G Ade.

Tak heran, setiap terjadi bencana, beberapa lagu Ebiet G Ade yang bertema bencana alam, sering berkumandang di media televisi dan media sosial.

Diharapkan, lagu-lagu itu tidak sekadar menghibur, tapi juga bisa menggugah pendengarnya bila menyimak liriknya dengan seksama.

Ada 3 lagu Ebiet G Ade berikut ini yang sangat layak kita hayati dengan sepenuh hati, dalam menyikapi bencana alam yang terjadi seperti bertubi-tubi di berbagai belahan nusantara.

Pertama, pada lagu "Berita Kepada Kawan" ada penggalan lirik yang sangat menyentuh, seperti tertulis berikut ini.

Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.

Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

Kedua, pada "Lagu Untuk Kita Renungkan", coba kita baca penggalan lirik berikut ini.

Anugerah dan bencana adalah kehendak Nya, kita mesti tabah menjalani.

Hanya cambuk kecil agar kita sadar, adalah Dia di atas segalanya.

Anak menjerit-jerit, asap panas membakar, lahar dan badai menyapu bersih.

Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat, bahwa kita mesti banyak berbenah.

Ketiga, pada lagu "Masih Ada Waktu" mengajak kita untuk tidak meratapi bencana, tapi mengambil hikmahnya bagi perjalanan kita ke depan. Inilah sebagian liriknya.

Kita pasti ingat tragedi yang memilukan, kenapa mesti mereka yang terpilih menghadap.

Tentu ada hikmah yang harus kita petik, atas nama jiwa mari heningkan cipta.

Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu, entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung.

Hanya atas kasih Nya, hanya atas kehendak Nya, kita masih bertemu matahari.

Ya, kita masih punya masa depan untuk memperbaiki diri dalam berhubungan dengan Allah dan juga dengan alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun