Warga Jakarta dan sekitarnya yang melakukan perjalanan mudik dan sekarang sudah berada di kampung halaman, tampaknya sulit untuk melepaskan diri dari kemacetan di jalan raya.
Ketika sebelum mudik, keseharian mereka di Jakarta adalah bermacet ria saat berangkat kerja di pagi hari dan juga ketika pulang kembali ke rumah di sore atau malam hari.
Kemudian, saat mereka dalam perjalanan mudik, terutama yang berangkat di hari Sabtu dan Minggu (6 dan 7 April 2024), kembali mengalami kemacetan parah.
Bayangkan, mereka yang ke Sumatera, bisa tertahan belasan jam di Pelabuhan Merak sebelum bisa naik ke kapal feri ke Bakauheni, Lampung.
Lalu, sesampainya di kampung halaman, apakah mereka terbebas dari kemacetan? Saking banyaknya warga dari perantauan yang mudik, di jalan raya antar kota kabupaten pun jadi macet.
Ambil contoh bagi mereka yang mudik ke Sumatera Barat. Jalan raya utama yang menghubungkan Padang ke Bukittinggi, bahkan hingga Payakumbuh, macetnya sudah mirip di Jakarta.
Selain karena membludaknya kendaraan para pemudik, warga Sumbar yang mempunyai mobil juga semakin banyak.
Jangankan di hari lebaran, di hari libur akhir pekan pun jalan utama di Sumbar sudah macet di beberapa titik, terutama di jalur Bukittinggi-Padang Panjang, dan Lubuk Alung-Padang.
Makanya, pihak yang berwenang mengatur lalu lintas di Sumbar, mengambil kebijakan yang memberlakuan arus satu arah sejak tiga hari sebelum lebaran hingga tiga hari setelah lebaran.
Sebelum lebaran, jalur utama hanya untuk kendaraan dari Padang menuju Bukittinggi. Untuk arah sebaliknya, harus memutar ke jalan alternatif melalui Malalak.