Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Meriahkan Lebaran dengan Takbiran, Bukan Main Petasan

9 April 2024   13:13 Diperbarui: 9 April 2024   13:27 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau saya ingat lebaran jadul, yakni saat saya masih kecil di dekade 1970-an, ada 2 permainan yang identik dengan anak-anak saat lebaran, yakni main petasan dan kembang api.

Gema suara takbir pada malam takbiran bisa kalah dengan bunyi petasan yang saling bersahutan di beberapa sudut tempat anak-anak berkumpul.

Ketika saya masih anak-anak, saya juga ikut menyulut petasan, meskipun dengan perasaan yang agak takut. Saya takut kalau langsung meledak ketika saya belum sempat menjauh.

Jadi, begitu ujung sumbu petasan saya bakar dengan korek api, secepatnya saya lari agak jauh dari petasan. Begitu petasan meletus, ada kegembiraan tersendiri dan saya bersorak.

Demikian pula main kembang api, ada kegembiraan ketika saya melihat bunga api di beberapa titik dari satu tangkai kembang api yang saya beli.

Permainan kembang api tidak semenakutkan main petasan. Tapi, dua-duanya tetap perlu kehati-hatian dalam memainkannya.

Uang salam tempel lebaran yang saya terima Om, Tante, dan kerabat lainnya, sebagian saya habiskan membeli petasan dan kembang api. 

Sebagian lagi saya habiskan untuk membeli makanan seperti makan bakso dan sate. Sisanya baru masuk celengan.

Belakangan, setelah saya masuk SMP, saya menyadari permainan petasan tersebut tidak ada manfaatnya. Malah, bisa berbahaya karena ada anak yang terbakar atau terluka tangannya. 

Perlu diketahui, menurut fatwa ulama, bermain petasan tersebut hukumnya haram. Tapi, menghilangkan budaya main petasan ini memang tidak gampang.

Padahal, pernah saya membaca berita di koran, bahwa di Jakarta ada petasan dalam ukuran besar, yang menyebabkan terjadinya musibah kebakaran rumah.

Maka, wajar kalau pemerintah atau aparat keamanan melarang permainan petasan. Meskipun begitu, hingga sekarang tetap saja ada orang yang main petasan di hari lebaran, malam tahun baru, atau acara pernikahan.

Untungnya, anak-anak sekarang yang tertarik main petasan tidak lagi sebanyak zaman saya masih anak-anak dahulu. Zamannya memang sudah berbeda.

Lagipula, mungkin karena dilarang pemerintah, menemukan penjual petasan tidak lagi gampang. Dulu, banyak dijual di emperan jalan.

Anak-anak sekarang lebih tertarik main games dari gawainya. Games ini memang asyik,  tapi ada bahaya juga, yakni membuat mereka kurang komunikatif, selain bahaya untuk kesehatan mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun