Tinggal lagi bagaimana caranya agar semua elemen masyarakat tak henti-hentinya saling mengingatkan, agar anak-anak kita menjadikan fasilitas internet untuk sarana belajar dan berkreasi.
Nah, ada satu contoh bagus, bagaimana kisah sukses sebuah desa di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, dalam "merevolusi" kehidupan masyarakat di desa itu.
Nama desa tersebut adalah Tunjungmuli dan berada di Kecamatan Karangmoncol. Desa ini sekarang dijuluki sebagai Kampung Marketer.
Kelahiran Kampung Marketer tak bisa dilepaskan dari usaha gigih Nofi Bayu Darmawan, seorang yang bagus kariernya di Kementerian Keuangan, tapi kemudian minta pensiun muda.
Langkah Nofi untuk resign di kementerian yang tunjangannya jauh lebih tinggi dari kementerian lainnya itu, betul-betul sebuah spekulasi yang menurut teman-temannya tidak logis.
Betapa tidak, Nofi yang alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) itu, pada tahun 2017 memilih pulang kampung ke Purbalingga demi mengajak warga desa berbisnis secara online.
Tantangan pertama yang dihadapi Nofi adalah jaringan internet di desa yang terletak di kaki Gunung Slamet itu dalam kondisi yang sangat tidak memadai.
Nofi sampai-sampai bekerja sama dengan provider lokal untuk membangun tower pemancar sinyal. Untunglah kemudian provider pelat merah membuka jaringan di sana.
Tantangan kedua yang harus dihadapi Nofi adalah susahnya menjelaskan pemikirannya ke warga desa yang akan diajak bekerja sama, karena tingkat pendidikan mereka yang relatif rendah.
Butuh waktu sekitar 3 tahun hingga pada tahun 2020 mulai banyak ibu-ibu rumah tangga di desa Tunjungmuli yang berhasil sebagai pemasar digital di dunia maya.
Dengan berbekal ponsel pintar, ibu-ibu yang rata-rata tamat SMA itu lincah memainkan ponselnya untuk berniaga di pasar digital.