Timnas Indonesia yang tampil di Piala Asia 2023 yang sedang berlangsung di Qatar, diisi oleh 8 pemain naturalisasi. Â Bahkan, 5 pemain di antaranya menjadi langganan pemain inti.
Meskipun kalah di laga pertama dari Irak, dengan mengalahkan Vietnam pada laga kedua, Indonesia sangat berpeluang melaju ke babak 16 besar.
Terlepas dari polemik datangnya gelombang pemain naturalisasi, pada akhirnya harus diakui peran positif mereka dalam meningkatkan prestasi timnas Indonesia.
Namun, kita tidak bisa menutup mata, kritik atas kebijakan PSSI yang lebih mementingkan cara instan dengan "mengimpor" pemain berdarah Indonesia, harus pula diperhatikan.
Pembinaan pemain secara berjenjang dan berkelanjutan sejak usia dini, menjadi cara ideal yang wajib dilakukan PSSI bersama pihak-pihak lain yang terkait.
Percayalah, Indonesia tidak pernah kekurangan talenta. Hal ini terbukti dengan relatif seringnya pemain remaja kita meraih hasil positif di kancah internasional.
Dari Aceh hingga Papua bertebaran bakat-bakat alam yang kalau dibina secara berkesinambungan, akan melahirkan bintang-bintang berkelas dunia.
Hanya saja, konsistensi pembinaan itu yang sepertinya belum tergarap maksimal. Sehingga, banyak pemain remaja yang redup sinarnya begitu menginjak usia dewasa atau senior.
Tak heran, pemain seperti Evan Dimas yang pada tahun 2013 dipuja-puja sebagai kapten timnas U-19 yang pernah mengalahkan Korea U-19, sekarang jarang terdengar namanya.
Jangankan untuk bersaing dengan pemain naturalisasi agar masuk timnas, di level klub saja Evan Dimas tak lagi jadi pemain inti.