Banyak orang yang merasa punya bakat untuk menjadi seorang pelaku usaha atau biasa disebut sebagai berwiraswasta atau wirausaha.
Tapi, di antara mereka yang mengaku punya bakat itu, cukup banyak pula yang berkali-kali mengalami kegagalan dan akhirnya memilih untuk tidak berbisnis lagi.
Bahkan, di antara yang gagal itu, tak sedikit yang telah menanamkan modal dalam jumlah yang relatif besar. Sayangnya, modal itu akhirnya "terbenam" begitu saja.
Memang, secara umum, dua faktor penentu dalam berbisnis adalah bakat dan modal. Sehingga, jika sudah punya dua-duanya, dinilai kesuksesan hanya soal waktu.
Padahal, masalahnya tidaklah sesederhana itu. Soal modal barangkali gampang dihitung berapa jumlah yang diperlukan.
Tapi, soal "bakat" bukanlah hal yang gampang diukur. Maksudnya, orang yang mengaku punya bakat berbisnis, belum tentu punya semua kompetensi yang dibutuhkan untuk sukses berbisnis.
Kompetensi yang dimaksud di sini adalah sejumlah karakter unggul yang menurut referensi ilmiah diyakini menjadi faktor dominan dalam mendukung keberhasilan.
Sebagai contoh, ada kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan pemikiran (menganalisis, menyusun strategi, dan sebagainya).
Ada pula kompetensi yang berkaitan dengan integritas, inisiatif, daya juang untuk mencapai atau melampaui target, dan masih banyak lagi kompetensi lainnya.