Satu di antaranya, dilakukan oleh fungsionaris partai politik tertentu, sehingga di tenda tempat pembagian nasi kotak, ada baliho kampanye.
Kemudian juga ada yang dilakukan oleh seorang pedagang grosir yang kaya raya. Waktunya sama-sama pada Jumat pagi.
Ada lagi yang dilakukan oleh panitia masjid tempat saya sering melaksanakan salat Jumat, yang pembagian nasi kotaknya dilakukan sehabis salat Jumat.
Yang di masjid ini nasi kotaknya berbeda-beda karena tergantung pada sumbangan yang diberikan jemaah.
Jemaah A misalnya membeli nasi Padang 30 kotak dan diserahkan ke pengurus masjid sebelum salat Jumat. Lalu, jemaah B mungkin membeli dari restoran yang lain sejumlah 40 kotak.
Saya juga sering melihat konten di media sosial yang menayangkan beberapa warung makan yang sengaja menyediakan makan gratis setiap hari Jumat.
Demikianlah, menurut saya ini tren positif, banyak orang yang berlomba-lomba berbuat kebaikan bertajuk program Jumat Berkah.
Hanya saja, terpikir oleh saya, betapa melimpahnya nasi kotak Jumat berkah, karena itu tadi, ada banyak lokasi yang berdekatan yang melakukannya.
Satu orang bisa saja mendatangi semua tempat itu, sehingga ia membawa beberapa kotak nasi di waktu yang sama.
Tapi, bukankah ia tak mampu menghabiskan nasi yang banyak itu hanya di sepanjang hari Jumat?Â
Jika disimpannya di kulkas agar besoknya bisa dipanaskan dan masih layak untuk dimakan, tentu kurang praktis. Lagipula belum tentu ia punya kulkas.