Seorang pembawa acara televisi yang menjadi host program infotainment mengatakan bahwa usia 60-an tahun itu belum tua, tapi justru lagi lucu-lucunya. Masak iya, sih?Â
Bukankah secara umum usia di atas 60 sudah masuk kategori lanjut usia (lansia). Jika naik kereta api antar kota, ada diskon khusus lansia.
Banyak lagi privilege yang diberikan khusus untuk mereka yang berusia di atas 60, seperti dapat prioritas tempat duduk di kendaraan umum.Â
Ya, kita bisa saja berbeda pendapat, namun perkenankan saya untuk setuju dengan pernyataan pembawa acara di atas. Tentu, ini hanya pendapat subjektif saya saja.
Ketika saya remaja dulu, betul, saat melihat ayah saya yang telah memasuki usia kepala enam, terlihat ketuaan ayah saya itu.
Sekarang, tanpa terasa saya telah memasuki usia kepala enam, namun entah kenapa saya merasa belum tua, tidak seperti ayah saya saat seusia saya sekarang.
Seorang teman kompasianer memanggil saya dengan "paktuo" (pak tua dalam bahasa Minang). Eh, ada lagi seorang kompasianer lain ikut-ikutan memanggil saya paktuo.
Sebetulnya, saya ingin protes. Tapi, saya malu, nanti dianggap tak tahu diri. Ya, sudahlah. Lagipula, saya yakin maksud teman itu pasti baik.
Meskipun saya tahu, teman itu umurnya sama dengan adik saya. Artinya, lebih oke kalau teman itu memanggil saya "kakak", atau boleh juga pakai bahasa Minang, yakni "uda" (kakak laki-laki).
Atau, kalau ingin netral, bolehlah memanggil dengan pak untuk laki-laki dan bu untuk wanita. Tapi, pada dasarnya saya oke-oke saja mau dipanggil apa oleh orang lain.