Selama ini, anggota kabinet bisa dikatakan terdiri dari 2 kelompok, yakni yang berasal dari kader partai anggota koalisi pemerintah dan yang berasal dari kalangan profesional.
Nah, meskipun Budi Arie bisa saja dianggap orang profesional, tapi bisa jadi publik menafsirkan terpilihnya Budi Arie sebagai menteri karena itu tadi, karena ketua ProJo.
Menariknya, ProJo sendiri sering memperlihatkan kedekatannya dengan Prabowo seperti yang diberitakan banyak media massa.
Namun demikian, diperkirakan anggota ProJo juga terbelah karena sebagian menjadi pendukung Ganjar.
Tak salah pula bila muncul penafsiran Jokowi semakin tegas memperlihatkan preferensi politiknya yang mengarah kepada Prabowo.Â
Mungkin inilah politik dua kaki dari Jokowi, dalam arti siapapun yang jadi presiden kelak, Prabowo atau Ganjar, diyakini sebagai orangnya Jokowi.
Kedua bakal capres itu memberi sinyal akan meneruskan program-program yang sudah dimulai Jokowi, termasuk pemindahan ibu kota negara.
Adapun Anies Baswedan digambarkan sebagai antitesis Jokowi. Jadi, jika Anies menang, belum tentu semua program Jokowi langsung dilanjutkan.
Presiden Joko Widodo bisa pula dinilai semakin berani melepaskan diri dari bayang-bayang Megawati. Bahkan, terkesan sebagai unjuk kekuatan dengan barisan relawan yang kokoh di belakangnya.Â
Tapi, hal itu wajar saja. Bukankah seorang presiden punya hak prerogatif dalam mengocok ulang para menterinya?
Konon, Ganjar dicapreskan dengan catatan nanti jika menang, yang menyusun menteri adalah Megawati. Tapi, isu di atas ditepis oleh Ganjar.