Salah satu masalah pelik dalam membangun sebuah komunitas adalah yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan untuk kepentingan bersama.
Untuk komunitas yang dibiayai oleh sebuah perusahaan karena ada nilai bisnisnya, tentu tidak masalah soal keuangan.
Namun, komunitas informal seperti perkumpulan alumni dari suatu sekolah, paguyuban warga perantau di ibu kota yang berasal dari suatu kota atau kabupaten, soal dana bisa jadi masalah.
Dana diperlukan untuk berbagai hal, terutama untuk makanan saat pertemuan rutin (bisa bersifat bulanan, 3 bulanan, atau tahunan).
Bisa pula untuk dana sosial bila ada anggota atau istri/suaminya yang terkena musibah, seperti sakit parah atau meninggal dunia.
Adapun sumber dana yang paling lazim dalam suatu komunitas informal adalah dari iuran bulanan para anggota.
Besarnya iuran per orang sesuai dengan kesepakatan bersama saat pembentukan komunitas. Biasanya dalam nominal yang kecil, sehingga tak ada anggota yang keberatan.
Baru-baru ini di grup alumni sekolah yang saya termasuk salah satu anggotanya, ada berita duka berkaitan dengan meninggalnya istri dari seorang teman.
Lalu, salah seorang anggota grup setelah memposting ucapan dukacita, mengajukan pertanyaan kepada ketua grup apakah akan ada pemberian semacam uang duka.
Jawaban ketua cukup menohok dengan mengungkit soal dari sekitar 200 anggota, hanya 40 orang yang disiplin membayar uang bulanan.