Nabung bareng pacar bukanlah hal yang aneh sejak beberapa tahun terakhir ini. Ada semacam fenomena baru bagi para mahasiswa yang sudah punya pacar sesama mahasiswa.
Jika pasangan yang masih kuliah itu merasa cocok dan sepakat akan melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, mereka terpacu untuk segera menyusun rancangan masa depannya.
Mereka rajin belajar, karena ingin cepat wisuda. Lalu mereka sama-sama mencari pekerjaan, sama-sama mengumpulkan uang, dan menabung bersama. Â
Jika dana dirasa cukup, meskipun baru untuk sekadar acara resepsi sederhana, mereka pun akan melangsungkan pernikahan.Â
Tak heran, pasangan model begini menikah relatif cepat, di sekitar usia 25-26 tahun, atau 2-3 tahun setelah dapat pekerjaan.
Pertimbangan mereka dalam menabung bersama, agar dengan uang sendiri akan bebas merancang konsep acara pernikahan mereka.
Tentu, yang akan diundang lebih banyak teman-teman dari kedua mempelai, selain pihak keluarga dekat kedua belah pihak.
Sedangkan undangan untuk teman-teman dari orang tua kedua pengantin, tidak sampai mendominasi.
Mereka tak mau gaya mainstream, di mana orang tua yang banyak membiayai, dan acara pun jadi milik orang tua. Undangannya lebih banyak dari relasi orang tua.
Namanya acara orang tua, tentu bergaya konvensional sesuai adat suku orang tua. Itulah yang didobrak pasangan yang ingin mandiri.