Setelah pak tua itu pergi, sekarang giliran beberapa pelanggannya yang mengajukan protes kepada Sidik.
Mereka serempak meminta Sidik juga memberikan harga murah untuk mendapatkan selimut bermutu paling bagus yang memang diincar mereka dari tadi.
Dengan tenang Sidik berkata bahwa dengan pak tua tadi ia bukan berdagang dengan manusia, tapi berdagang dengan Allah.
Sedangkan dengan pelanggan-pelanggannya yang sedang memprotes itu, Sidik menyebut berdagang dengan manusia.
Akhirnya, para pelanggannya sadar bahwa Sidik sebetulnya memberi pak tua tanpa terkesan menghina.
Justru para pelanggan itu sendiri yang menghina pak tua dengan gerakannya yang menjauh, takut dengan bau tak nyaman dari tubuh pak tua.
Nah, mari kita garis bawahi hikmah kisah di atas, bahwa betapa indahnya memberi tanpa menghina. Harga diri orang yang diberi perlu dijaga.
Itu menjadi salah satu bukti ketulusan dalam memberi, tulus hanya berharap ridha Allah. Bukan ingin dipuji sebagai seorang yang dermawan.
Di lain pihak, seiring dengan maraknya hampir semua orang memposting di akun media sosialnya, tak sedikit yang tanpa sadar melakukan pamer saat memberi bantuan pada orang lain.
Bahkan, ada yang dengan sadar melakukan selfie setiap melakuan pemberian kepada warga yang kurang mampu.
Memberi sambil pamer tersebut berpotensi membuat pihak yang diberi merasa tidak nyaman, kalau tidak mau memakai isitilah merasa terhina.