Pedagang adalah profesi terhormat, sepanjang dilakukan dengan menerapkan etika bisnis yang baik. Tentunya juga pedagang wajib mematuhi segala peraturan yang diberlakukan pemerintah.
Bukankah Nabi Muhammad sudah memberi contoh bagaimana menjadi pedagang yang baik? Baginda Nabi adalah pedagang yang dapat dipercaya.
Makanya, pedagang yang mengambil untung yang tipis, jujur kepada pelanggan, dan ramah dalam memberikan pelayanan, dagangannya akan laris manis.Â
Masalahnya, ada sebagian pedagang yang dicurigai melakukan sedikit tipu-tipu. Umpamanya, barang yang berkualitas jelek dikatakan bagus.
Bahkan, ada anggapan bahwa jika seseorang tidak berbakat ngibul, maka otomatis ia juga tidak berbakat untuk jadi pedagang.
Anggapan di atas jelas keliru. Bahwa keahlian "merayu" calon pelanggan memang diperlukan, tapi lebih dimaksudkan sebagai sikap yang ramah dan sopan. Bukan dengan berbohong.
Nah, bagi banyak pedagang, bulan Ramadan seperti sekarang ini merupakan bulan yang sangat dinanti-nantikan.Â
Ketika itulah omzet penjualan akan mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi bulan-bulan sebelumnya. Artinya, cuan yang besar sudah di depan mata.
Hampir semua barang meningkat omzetnya, terutama berbagai jenis pakaian, termasuk sepatu, perhiasan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penampilan seseorang.
Demikian pula pedagang makanan, baik makanan jadi, bahan makanan untuk dimasak, makanan untuk takjil, kue kering, minuman berpemanis, dan sebagainya.