Tapi, tunggu dulu, apa betul terserah saja siapa yang diplot sebagai RI-1 dan RI-2? Sepertinya tak bisa segampang itu.
Harus dikaji dulu, mana yang lebih realistis, maksudnya yang kemungkinan terwujudnya lebih besar, mengusung Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar?
Jika dilihat dari hasil survei, karena Ganjar menempati posisi puncak (versi Litbang Kompas, Maret 2023), tentu wajar bila Ganjar yang jadi capres.
Apalagi, bila Ganjar menjadi capres yang diusung oleh partai tempatnya bernaung, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
PDIP adalah partai terbesar di negara kita saat ini  dan punya kursi paling banyak di DPR RI.
Namun, apakah Prabowo mau menjadi cawapres. Apakah beliau tidak merasa turun derajat?
Bukankah Prabowo lebih senior, sudah berkali-kali ikut pilpres sebelumnya. Bahkan, sejak 2009 beliau sudah menjadi cawapres mendampingi Megawati yang jadi capres.
Bahwa Partai Gerindra kalah besar dari PDIP, diduga tidak serta merta membuat Prabowo ikhlas menerima posisi sekadar cawapres.
Nah, sekadar berandai-andai saja, seandainya PDIP mengusung Puan Maharani dan mengesampingkan Ganjar, maka yang lebih realistis adalah mewujudkan pasangan Prabowo-Ganjar.
Rasanya, posisi Ganjar yang jadi wapres (jika pasangan Prabowo-Ganjar jadi pemenang) tetap suatu kemajuan dalam karier politiknya.Â
Kalaupun Ganjar berambisi jadi presiden, masa depannya masih panjang. Kesempatan pada tahun 2029 diperkirakan terbuka lebar.