Dalam bahasa Minang, sandal disebut dengan tarompa. Tarompa datuak berarti sandal yang biasa dipakai para datuak. Datuak (datuk) adalah kepala suku atau kepala kaum sesuai adat Minang.
Gelar datuk diberikan berdasarkan kesepakatan suatu kaum kekerabatan berdasarkan garis keturunan dari pihak ibu (matrilineal) dan disetujui dalam rapat pemuka adat setempat.
Setelah seseorang resmi bergelar datuk dengan perayaan adat, maka di belakang namanya diberi tambahan. Misalnya, Anwar Datuk Rajo Alam.
Di suatu nagari (desa) di Sumbar, diperkirakan secara rata-rata terdapat belasan orang (semuanya laki-laki) yang bergelar datuk.
Penampilan seorang datuk dalam acara adat, punya ketentuan tersendiri, mulai dari tutup kepala hingga alas kaki.
Penampilan dimaksud secara lengkap dapat dilihat pada foto di atas. Namun demikian, artikel ini lebih terfokus membahas alas kaki berupa sandal, yakniMeskipun disebut tarompa datuak, sebetulnya orang biasa pun, sejak dari zaman dulu juga sering memakai. Contoh tarompa tersebut dapat dilihat pada foto di bagian bawah artikel ini.
Ada kebanggaan tersendiri bagi pemakai sandal tradisional yang terkesan artistik itu.Â
Modelnya antik, tapi si pemakai tak merasa sebagai orang yang ketinggalan zaman. Justru anak muda pun banyak yang suka.
Dari sisi kenyamanan, mungkin tarompa datuak agak keras atau kaku, dibanding sandal produksi pabrik dengan bahan yang lebih lentur.
Tapi, jika sudah terbiasa memakai, lama-lama sisi kulit yang menjadi bahan sandal tersebut, tak akan terasa keras lagi.