Namun, hal itu teriring harapan agar cawapresnya adalah Cak Imin. Masalahnya, secara tersirat Prabowo belum setuju jika Cak Imin yang jadi cawapres.
Prabowo tertarik berkoalisi dengan PKB sebagai sarana untuk meraup suara warga NU, tentu dengan mendekati para kiai terlebih dahulu.
Meskipun NU dalam Pemilu secara resmi bersikap independen, tapi di antara sekian banyak partai, PKB yang dinilai sebagai mewakili aspirasi warga NU.
Kuat dugaan Prabowo menginginkan cawapres dari NU, tapi belum tentu Cak Imin. Di sinilah nasib Cak Imin seolah-olah digantung.
Masih ada sosok lain dari kalangan NU yang potensial, seperti Khofifah Indar Parawansa yang sekarang menjadi Gubernur Jawa Timur.
Menkopolhukam Mahfud MD pun juga disebut-sebut sebagai tokoh NU yang layak jadi cawapres (bahkan juga jadi capres), meskipun bukan aktivis PKB.Â
Hanya saja, bagi PKB sendiri jelas ingin kepastian akan nasib Cak Imin. Mau dibawa ke mana hubungan Gerindra-PKB, jika tidak memberi posisi yang layak bagi Cak Imin?
Akhirnya, bukan PKB yang memberi ultimatum pada Gerindra, tapi melalui suara "Ijtima Ulama Nusantara".
Jika hingga Maret 2023, masih tak jelas nasib Cak Imin, bisa jadi koalisi Gerindra-PKB akan bubar jalan.
Siapa tahu, Cak Imin mungkin saja berpaling kepada Anies Baswedan, asal mendapat posisi cawapres. Â
Toh, hubungan Nasdem sebagai partai pengusung Anies dengan PKB selama ini baik-baik saja. Justru Anies dan Cak Imin bisa saling melengkapi.