Yang bikin konten tidak salah mempertontonkan kekayaannya, sepanjang didapat secara tanpa melanggar hukum.
Tapi, ada pesan yang tak sampai ke para pengikutnya, bahwa kekayaan yang didapatanya itu butuh proses, tidak bisa instan.
Akibatnya, orang lain juga punya keinginan untuk punya barang, tentu tidak perlu seperti sultan.
Namun, punya barang "remah-remah"-nya sultan pun tidak gampang dimiliki banyak orang.Â
Akhirnya, ada yang putus asa dan terlibat tindakan kriminal atau malah menjadi depresi dengan mengurung diri.
Nah, seperti yang ditulis di atas, orang yang putus asa cenderung berpikir negatif, seolah-olah tak ada sedikit pun harapan.
Makanya, menjadi kewajiban orang terdekatnya, baik orang tua, saudara, kerabat, atau sahabat, untuk memberi dukungan tanpa menghakiminya.Â
Istilah anak sekarang, perlu yang namanya support system dari lingkungan terdekat yang aktif mengamati kegalauan orang-orang di sekitarnya
Perlu ditekankan, yang diperlukan mereka yang merasa putus asa bukanlah nasehat yang menggurui, tapi cukup dengan memberikan empati.
Baru setelah kondisi yang putus asa ini mulai sedikit membaik, yakinkan mereka bahwa yang namaya kekecewaan itu bersifat temporer.
Tak ada yang abadi di dunia ini, kekecewaan sama tidak abadinya dengan kebahagiaan.