Radio berhenti mengudara? Mudah-mudahan masih banyak yang mampu bertahan. Saya sendiri masih setia mendengarkan radio, tapi hanya dalam perjalanan di tengah kemacetan ibu kota.
Menyimak berita lalu lintas di ibu kota yang sering dilaporkan reporter radio dan menikmati musik populer, menjadi kesukaan saya.
Jika lagi sedikit santai di rumah, saya lebih suka menonton tayangan televisi atau berselancar di dunia maya melalui laptop yang terhubung dengan saluran internet.
Harus diakui, jumlah pendengar radio mengalami penyusutan kalau dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya internet.
Kebutuhan akan berita, musik, atau bahkan mendengar ceramah agama, lebih mudah didapatkan dari berbagai aplikasi yang bisa diakses melalui gawai.
Dan bukankah saat ini bisa dikatakan semua orang sudah punya gawai dalam bentuk handphone?Â
Dengan tarif paket internet yang relatif murah, maka segala macam informasi sudah berada dalam genggaman tangan setiap orang.
Nah, dari kaca mata bisnis, pendapatan pengelola stasiun radio mengalami penurunan tajam, karena makin sedikitnya rekanan yang memasang iklan.
Kalau akhirnya satu persatu stasiun radio bertumbangan, tentu dapat dipahami, bahwa perkembangan teknologi memang tak bisa dilawan.
Tapi, bagi stasiun radio yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan terkini, akan tetap eksis.
Artinya, stasiun radio harus kreatif mengemas acara, memadukan acara on air dan off air. Atau, bisa pula dengan lebih selektif, khusus menyasar komunitas tertentu.