Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Biarkan Orang Lain yang Mengatakan Anda Hebat

5 Desember 2022   05:14 Diperbarui: 5 Desember 2022   05:20 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang bekerja di suatu instansi atau perusahaan, yang merasa dirinya sendiri sebagai pekerja yang hebat, tapi kemudian kecewa karena posisinya tidak naik-naik.

Indikasi merasa hebat tersebut bisa saja diukur saat seseorang bicara, atau bahkan dari bahasa tubuhnya saat berdiskusi dengan rekan kerjanya.

Umpamanya, saat si A mendengar ada seorang juniornya yang dipromosikan sehingga grade-nya melewati si A, komentarnya jadi negatif.

Tentu si A berkomentar bukan di hadapan si junior yang dapat promosi. Intinya, menurut si A, si junior itu belum layak promosi, karena hasil karya si junior biasa-biasa saja.

Justru si A keceplosan mangatakan hal yang diklaim sebagai hasil karyanya yang ternyata tidak dilihat pihak manajemen.

Dengan kata lain, secara tersirat A menuding manajemen berlaku tidak adil. Prestasi dirinya tidak dilihat, malah juniornya yang tidak berprestasi yang naik pangkat.

Ya, kalau kita berpikir negatif, yang namanya politicking di kantor, harus diakui memang ada.

Bisa jadi, mereka yang dipromosikan bukan berdasarkan prestasi dalam bekerja, tapi karena faktor kedekatan dengan direksi atau komisaris.

Tapi, jika kepala kita dipenuhi pikiran negatif seperti itu, justru akan berdampak menurunkan semangat kerja kita.

Akibatnya, kita malah makin terpuruk, secara mental pun lelah. Akhirnya kinerja kita akan berantakan.

Percayalah, jika memang ada orang yang dipromosikan, padahal tak punya kemampuan, nanti akan ketahuan juga.

Ketahuannya bisa terlihat dari caranya mengambil keputusan, dalam mendistribusikan pekerjaan, dalam mencari solusi atas permasalahan yang terjadi, dan sebagainya.

Lalu, dukungan bawahan akan sangat minim. Nah, kalau tercium oleh direksi, si atasan yang tak mampu itu akan digeser juga ke posisi yang kurang bergengsi.

Jadi, apapun yang terjadi, selalu usahakan berpikir positif, tidak berprasangka buruk kepada teman kerja atau kepada atasan.

Kita perlu konsisten berdisiplin dalam bekerja sesuai dengan job description. Dan itu dilakukan dengan ikhlas, baik saat dilihat atasan, maupun saat tak ada atasan.

Kuasai bidang pekerjaan yang diamanahkan kepada kita. Jika sudah menguasai, kita akan dianggap sebagai "kamus berjalan" dan menjadi tempat bertanya bagi teman kerja lain.

Target kerja yang dibebankan kepada kita, usahakan semaksimal mungkin agar tercapai, bahkan kalau bisa terlampaui.

Namun, jangan terlalu banyak mengumbar kehebatan diri sendiri, karena khawatir dianggap sebagai sikap yang sombong.

Biarkan orang lain yang mengakui diri kita hebat, bukan kita yang berkoar-koar di depan banyak orang.

Jika banyak yang mengakui kehebatan kita, hanya soal waktu, pasti akan tercium oleh direksi dan akhirnya mendapat promosi.

Tapi, jika target kita yang sudah terlampaui, ternyata diabaikan oleh atasan, jangan pula kita diam begitu saja.

Ibaratnya, setelah "bertelur" perlu diikuti dengan "berkotek", agar telurnya tidak diakui sebagai hasil karya orang lain.

Yakinlah, jika seseorang memang bagus kerjanya, di atas rata-rata para pekerja lain, mau tak mau akan sering dicari bos, karena menjadi andalan.

Teman-teman pun akan mengakui kemampuan kita, bila kita selalu memperlihatkan sikap yang simpatik dan tidak keberatan bila mereka minta bantuan kita.

Idealnya, tanpa direkayasa, orang lain akan mengakui kehebatan teman kerjanya yang selama ini menjadi tempat bertanya.

Mengatakan "saya mampu" atau "saya hebat", boleh-boleh saja. Tapi akan jauh lebih dahsyat dampak positifnya, bila yang mengatakan kita hebat adalah orang lain. 

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun