Menanggapi hal itu, Erina menjawab bahwa filosofi pohon beringin adalah tempat teduh dan berlindung, kokoh dan tahan hujan maupun badai.
"Pohon beringin juga punya sulur dan akar yang menjulur ke mana-mana, berasal dari satu pohon yang sama, sepertinya halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia," cuit Erina.
Jawaban tersebut, meskipun tak merujuk partai politik tertentu, bisa ditafsirkan menguntungkan Partai Golkar yang lambangnya adalah pohon beringin.
Padahal, mengacu pada partai tempat Jokowi bernaung, mungkin akan lebih pas bila foto Kaesang-Erina bernuansa merah, warna PDIP.
Terlepas dari foto di atas, harus diakui, Partai Golkar punya kelebihan tersendiri dibanding banyak partai papan atas dan papan tengah lainnya.
Tidak saja karena infrastrukturnya sudah lengkap dari pusat ke daerah karena bawaan era Orde Baru, saat Golkar bertahan lama sebagai partai penguasa.
Tapi juga, terutama karena Golkar tak punya sosok yang memiliki superpower, sehingga gampang melakukan pergantian kepemimpinan.
Coba bayangkan, betapa akan sulitnya jika nanti PDIP tak lagi punya Megawati, Gerindra tanpa Prabowo, Nasdem tanpa Surya Paloh, atau Demokrat tanpa SBY.
Untuk Demokrat, sekarang sudah dipimpin AHY, putra SBY. Awalnya sempat ada riak-riak, tapi sekarang Demokrat kembali stabil.
Namun, belum tentu PDIP bisa mulus seandainya Puan jadi ketua umum. Juga demikian dengan anak Surya Paloh.
Sedangkan Prabowo sepertinya tak akan menyerahkan Gerindra kepada putranya yang seorang perancang busana.Â