Banyak pejabat di instansi pemerintah atau di suatu perusahaan yang tertarik untuk mengikuti pendidikan program S-2 dan S-3.
Kuliah lanjutan tersebut akan banyak manfaatnya, tidak sekadar menambah ilmu dan menambah gelar akademis saja.
Gelar tersebut diharapkan akan mempermulus karier si pejabat untuk meraih posisi puncak di institusi tempat mereka bekerja.
Lagi pula, jika mereka tertarik untuk menjadi kepala daerah atau menjadi wakil rakyat, dengan gelar yang banyak akan meningkatkan rasa percaya diri saat berkampanye.
Meskipun mereka sibuk dengan berbagai tugas kedinasan, hebatnya kuliah para pejabat tersebut relatif mulus-mulus saja.
Bahkan, tak sedikit yang mampu lulus lebih cepat dari mahasiswa lain yang betul-betul hanya mengisi waktu untuk kuliah karena belum bekerja.
Tidak sedikit pula mahasiswa yang pejabat itu meraih indeks prestasi yang tinggi, sehingga diwisuda dengan predikat cumlaude.
Apa rahasianya? Bukankah masasiswa S-2 (apalagi S-3) banyak sekali tugas yang bersifat membuat makalah ilmiah?
Bahwa ada pejabat yang memang otaknya encer dan mampu bekerja secara multitasking, tentu tidak akan mengalami banyak kendala dalam perkuliahan.
Tapi, bukan rahasia lagi kalau pejabat yang kuliah pascasarjana adakalanya mendapatkan berbagai kemudahan dari berbagai pihak.
Yang namanya pejabat tentu punya anak buah bukan? Anak buah yang pintar dapat tugas untuk membuatkan tugas-tugas, termasuk laporan penelitian bosnya yang lagi kuliah.