Istri saya masih rutin berbelanja ke pasar tradisional, meskipun juga relatif sering ke supermarket. Ada kebutuhan yang lebih baik dibeli di supermarket, tapi sebagian lebih baik di pasar tradisional.
Jika ke pasar di dekat rumah, sering istri saya membeli makanan ringan berupa irisan tipis-tipis kentang goreng balado yang dicampur dengan teri.
Enak sekali rasanya, meskipun saya tidak menjadikannya makanan ringan, justru menjadi lauk untuk makan nasi.Â
Tapi, sayangnya produk itu tanpa nama dengan kemasan yang begitu sederhana. Dan itupun tersedia di satu kios tertentu saja.
Saya pikir, selain orang yang berbelanja di pasar dekat rumah saya itu, tak ada atau sedikit sekali orang lain yang tahu akan makanan ringan yang enak tersebut.
Seketika saya teringat masa kecil saya, ketika ibu saya membuat makanan ringan dengan tujuan mendapatkan uang tambahan.
Soalnya, uang belanja dari ayah saya yang diberikan kepada ibu, sangat terbatas. Ayah saya berjualan sepatu dan sandal di Pasar Payakumbuh.
Makanya, ibu saya membuat kacang tojin di rumah, yang dikemas dalam bungkus plastik kecil dan dijajakan oleh saudara sepupu saya secara berkeliling.
Tak ada merek apa-apa di kemasan kacang tojin ibu saya. Mungkin ketika itu ibu saya berpikir apalah arti sebuah nama, yang penting rasanya enak.
Masih cerita masa kecil saya. Ada ibu-ibu berjualan pecel di sebelah rumah saya, juga tanpa nama. Saya sekeluarga suka dengan pecelnya.Â