Saya punya seorang cucu yang sekarang sudah berusia 9 bulan. Bagi yang punya cucu, tentu bisa membayangkan bahwa punya cucu itu adalah "sesuatu" banget.
Ya, cucu adalah sesuatu yang menggembirakan, membahagiakan, bahkan bagi saya sering pula menjadi sumber inspirasi.
Tapi, karena saya pernah punya anak (ya iyalah, kalau gak punya anak gak mungkin punya cucu), saya tahu bahwa begitu seorang anak sudah agak besar, bisa jadi akan merepotkan orang tua.
Maksudnya, adakalanya si anak berani tidak mematuhi kata-kata orangtua dan larut bermain bersama teman-teman sebaya.
Maka, sekarang banyak orang yang menyadari betapa pentingnya ilmu tentang parenting, bagaimana mengasuh anak yang baik.
Hanya saja, seperti yang saya alami, ilmu parenting bisa saya dapatkan dari berbagai sumber, termasuk parenting berdasarkan tuntutan agama.
Masalahnya, menerapkannya sehari-hari tidak segampang mendapatkan ilmunya. Terkadang, secara tidak sadar emosi saya meluap.
Kembali ke soal cucu, selagi masih usia bayi, satu hal yang sangat penting adalah menyangkut makanannya yang menjadi faktor penentu tumbuh kembangnya secara sehat.
Ternyata, apa yang dialami cucu saya sekarang, relatif lebih baik dari yang dialami 3 orang anak saya dulunya (kebetulan ketiga anak saya lahir di dekade 1990-an).
Meskipun ketika itu saya dan istri rajin mengontrol kesehatan bayi ke dokter anak, termasuk untuk keperluan imunisasi, tapi sejak usia 6 bulan, anak-anak saya sudah "berkenalan" dengan susu formula.
Ketika itu, dokter juga tidak begitu ketat mengkampanyekan jangan menggunakan susu formula. Justru, ada brosur iklan susu di ruang tunggu dokter.