Program kompor listrik yang direncanakan pemerintah sebagai pengganti kompor gas, diharapkan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
Saat ini, sudah dilakukan uji coba konversi kompor gas elpiji 3 kilogram ke kompor listrik 1.000 watt di Denpasar, Solo, dan satu kota di Sumatera (cnnindonesia.com, 19/9/2022).
Uji coba tersebut dimaksudkan untuk melihat keberterimaan masyarakat sekaligus mempelajari aspek keteknikannya yang terkait dengan daya tungku yang cocok.
Kompor listrik sebetulnya sudah menjadi bagian dari gaya hidup bagi sebagian masyarakat kelas menengah ke atas, seperti mereka yang tinggal di apartemen.
Tapi, program konversi yang disasar pemerintah adalah pengguna kompor gas 3 kilogram, karena inilah jenis gas elpiji yang bersubsidi.
Pemerintah agaknya tidak kuat lagi menanggung biaya impor gas yang kenaikan harganya makin menjadi-jadi, sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina.
Akibat perang tersebut, pasokan energi di pasar internasional menjadi berkurang dan distribusinya mengalami hambatan, sehingga harga pun meningkat drastis.
Nah, dengan menggiring masyarakat pengguna gas elpiji 3 kilogram untuk berpindah menjadi pengguna kompor listrik, tentu akan mengurangi beban subsidi pemerintah.
Hanya saja, program tersebut menimbulkan permasalahan baru, karena mengubah kebiasaan masyarakat kelas bawah, bukan soal yang mudah.Â
Buktinya, seperti yang diberitakan stasiun televisi CNN Indonesia, Rabu (21/9/2022), beberapa warga di Tasikmalaya, Jawa Barat, yang diwawancarai reporter, mengungkapkan kebingungan dan keresahannya.
Anggapan mereka, kompor listrik akan membebaninya dengan tagihan listrik yang meningkat, selain harus menambah daya listrik.