Hal sepele yang dimaksudkan di sini adalah hal yang kecil, ringan, enteng, atau bisa juga dikatakan sebagai hal yang kurang penting.
Namun demikian, tentu apa saja yang sepele dan apa yang tidak, merupakan sesuatu yang subjektif. Setiap orang bisa jadi punya penilaian yang berbeda.
Nah, tulisan ini pun belum tentu bisa mewakili pendapat orang lain. Tapi, yang diangkat di sini berkaitan dengan hubungan antara atasan dan bawahan di suatu kantor.
Itupun, pengertian sepele di sini khusus dilihat dari mata si atasan. Asumsinya, bawahan harus memahami cara pandang si atasan, agar tidak asal melaporkan sesuatu ke atasannya.
Memang, bos yang baik adalah bos yang memahami titik pandang bawahannya. Tapi, karena pada akhirnya yang berkuasa adalah si bos, tentu yang akan berlaku adalah titik pandangnya sendiri.
Namun demikian, bos yang baik tidak begitu saja meremehkan laporan bawahannya, meskipun itu hal sepele.Â
Paling si bos setelah itu menasehati, agar di kemudian hari, laporan yang demikian cukup disampaikan ke karyawan lain yang lebih senior, tidak usah ke si bos.
Tersebutlah sebuah kisah yang baru-baru ini terjadi di sebuah bank yang punya banyak kantor cabang. Masing-masing kantor cabang punya lagi satu atau beberapa kantor cabang pembantu.
Suatu kali, kepala cabang di kota R memanggil 4 kepala cabang pembantu yang tersebar di 4 kota kecamatan yang semuanya merupakan cabang pembantu di bawah supervisi dari cabang R.
Semua kepala cabang pembantu diminta datang pada hari Jumat pukul 15.00 dan berita pemanggilan tersebut telah disampaikan pada Kamis pagi sehari sebelumnya.
Kebetulan, kepala cabang pembantu di kota S merasa kurang nyaman dengan jadwal yang diminta bosnya itu. Soalnya, dari S ke R berjarak sekitar 70 kilometer.