Dari berita salah satu stasiun televisi, Minggu siang (21/8/2022), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mendapat pernyataan dukungan untuk maju pada Pilpres 2024 dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Riau.
Ini bukan kali pertama Sandi menuai dukungan. Jika dibuka pemberitaan di sejumlah media daring, dukungan agar Sandi menjadi pemimpin bangsa Indonesia sudah mengalir deras dari berbagai penjuru tanah air.
Memang, dukungan tersebut rata-rata berasal dari ormas Islam, mungkin karena Sandi dinilai religius. Tapi, dari pelaku UMKM dan ekonomi kreatif pun, banyak pula yang mendukung Sandi.
Sosoknya yang masih muda, energik, banyak ide, santun dengan kalimat yang tertata baik, agaknya menjadi daya tarik dari seorang Sandiaga Uno.
Masalahnya, Sandi sendiri secara kepartaian adalah orangnya Partai Gerindra. Dan sangat jelas, bahwa Gerindra akan kembali mengusung Prabowo Subianto, sang ketua umumnya, menjadi capres pada pilpres mendatang.
Menyandingkan Prabowo dengan Sandi, persis seperti pilpres 2019, rasanya bukan langkah yang tepat, karena mungkin sulit diterima partai lain yang berkoalisi dengan Gerindra.
Jadi, bisa diduga, kalaupun Sandi berniat maju menjadi capres atau cawapres, maka harus mendekati parpol lain yang kira-kira mau mengusung.
Artinya, jika memang partai lain bersedia mengusung, Sandi harus menjadi kutu loncat yang berpindah partai politik.
Nasib Sandi di atas mirip dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meskipun kalau dilihat dari hasil survei elektabilitas yang dilakukan sejumlah lembaga, Sandi masih pada posisi jauh di bawah Ganjar.
Kesamaan nasib tersebut maksudnya dilihat dari sisi minimnya dukungan partai sendiri. Ganjar merupakan kader PDIP, namun PDIP diduga akan mengusung Puan Maharani, putri sang ketua umum Megawati.
Ya, bisa saja yang diusung Puan-Ganjar, tapi tentu kurang akomodatif terhadap partai lain yang ingin berkoalisi dengan PDIP.