Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Biasanya Dapat Hadiah, Orangtua Murid Jadi Serba Salah

1 Juli 2022   16:21 Diperbarui: 1 Juli 2022   16:23 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hadiah untuk guru|dok. Photo on Pexels, dimuat bola.com

Memberi hadiah untuk guru menjadi hal rutin diberikan istri saya ketika 3 orang anak kami masih duduk di bangku sekolah (dari SD hingga SMA). Hal tersebut dilakukan saat penerimaan rapor menjelang libur sekolah.

Awalnya, saya tidak setuju. Soalnya, waktu saya sekolah dulu di Payakumbuh, Sumbar, tidak ada budaya seperti itu. Tapi, istri saya yang dari kecil sudah jadi warga Jakarta, mengatakan hal itu sudah biasa sejak dahulu.

Akhirnya saya mengalah dan menyerahkan sepenuhnya urusan hadiah tersebut kepada istri. Memang, secara nilai dalam rupiah, hadiah berupa barang tersebut masih dalam kategori wajar.

Menurut istri saya, mengasih hadiah kepada guru sudah membudaya di Jakarta dan tidak perlu dipermasalahkan. Yang penting keikhlasan dalam memberi serta masih dalam batas kemampuan kita.

Hanya saja, dalam hati saya berkata, bisa jadi bagi orang lain hadiah tersebut ada bau-bau gratifikasi. Ya, disebut "menyogok" rasanya terlalu kasar.

Soalnya, orang tua murid yang memberi hadiah mahal, kemungkinan berharap pada penerimaan rapor berikutnya nilai anaknya akan lebih bagus.

Kenapa saya sebut ada bau gratifikasi? Karena ibu-ibu yang sering nongol di sekolah saat menjemput anaknya, punya semacam paguyuban informal.

Nah, sekiranya paguyuban tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan yang "mengatur"  hadiah apa yang sebaiknya diserahkan kepada guru yang menjadi wali kelas di kelas anak-anak mereka, maka hadiah itu tak lagi tulus 100 persen.

Lagipula, di paguyuban tersebut, biasanya ibu-ibu yang kondisi ekonominya lebih baik, lebih mendominasi diskusi. Lalu, ibu-ibu yang relatif kemampuan ekonominya pas-pasan jadi serba salah.

Memang, tak ada paksaan dalam memberi hadiah. Tapi, jika tidak memberi, merasa tidak akan dianggap oleh guru anaknya. Mereka khawatir, anaknya kurang diperhatikan oleh gurunya.

Peran wali kelas cukup dominan sebagai penghubung antara murid dengan guru-guru lain yang mengajar di suatu kelas. Beberapa guru yang bukan wali kelas, lazim pula diberi hadiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun