Lalu, pada malamnya bisa saja si bos punya acara dengan pejabat pemerintah atau eksekutif perusahaan yang menjadi mitra kerjanya.
Bahkan, kalau si bos punya agenda acara keluarga atau acara dengan teman-temannya di akhir pekan, biasanya si sopir pun diminta mengantarkan.
Terkadang, si sopir juga mengantar istri bos atau anak bos, yang sebetulnya sudah di luar job description-nya. Tapi, si sopir tak punya daya untuk menolak, daripada nanti kontraknya tidak diperpanjang.
Bukan hanya tidak diperpanjang, sewaktu-waktu si bos bisa mengembalikan si sopir ke perusahaan outsourcing yang menyuplai tenaga kerja ke BUMN tersebut, dalam arti minta dikirimkan sopir pengganti.
Memang ada uang lembur dari kantor, jika bekerja di luar jam kerja normal atau bekerja pada hari libur. Tapi, bagi tenaga outsourcing, tarif lembur relatif rendah.Â
Makanya, pekerja outsourcing seperti pengemudi, tenaga keamanan, cleaning service, office boy, berharap dapat tip pada saat tertentu.
Bagi office boy, jika ada karyawan yang memintanya membelikan makanan, ini menjadi kegembiraan tersendiri karena biasanya diberi "uang jalan".
Nah, ada seorang sopir kepala cabang sebuah BUMN di kota P yang selama ini posisinya tak tergantikan meskipun kepala cabangnya sudah berganti berkali-kali. Sebut saja namanya Salim.
Biasanya, jika ada pergantian kepala cabang, sesama sopir dinas (sopir kepala cabang yang lama dan beberapa sopir operasional) akan bersaing untuk menjadi sopir kepala cabang yang baru.
Tapi, bila sopir yang lama seperti Salim yang  berperilaku sopan dan cara membawa mobilnya membuat penumpangnya nyaman, tentu kepala cabang baru tetap akan memakainya.
Namun, suatu kali, kepala cabang baru termakan oleh cerita saingannya yang menjelek-jelekkan Salim. Salim pun digeser menjadi sopir operasional dan dilakoninya dengan ikhlas.