Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setelah Buya Syafii Tiada, Indonesia Makin Defisit Guru Bangsa

28 Mei 2022   17:31 Diperbarui: 28 Mei 2022   17:32 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buya Syafii|dok. Maarifinstitute.org, dimuat dream.co.id

Ahmad Syafii Maarif atau lebih dikenal dengan sebutan Buya Syafii telah berpulang ke rahmatullah pada hari Jumat (27/5/2022) di Yogyakarta.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah (1998-2005) itu berpulang tepat empat hari sebelum berulang tahun yang ke 87. Ya, beliau lahir 31 Mei 1935 di Sumpur Kudus, sebuah desa di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.

Media massa, terutama media massa arus utama (media cetak, media elektronik, dan media daring), memberikan  perhatian yang sangat besar dalam pemberitaan berpulangnya Buya Syafii.

Tidak hanya liputan langsung dari prosesi pemakaman ulama besar tersebut yang dilakukan media, tapi terutama menyampaikan kembali pemikiran bernas Buya Syafii, liku-liku sejarah perjuangan beliau, serta filosofi kehidupannya.

Harian Kompas edisi Sabtu (28/5/2022), menyediakan halaman khusus membahas Buya Syafii, selain juga bertebaran di halaman berita dan opini.

Halaman depan Kompas didesain secara khusus, sepenuh halaman berisi foto Buya Syafii dengan latar belakang hitam sebagai simbol dukacita. Lalu, ada tulisan "Nyala Abadi Suluh Bangsa".

Bisa ditafsirkan bahwa redaksi Kompas mengungkapkan rasa kehilangan yang sangat mendalam, tapi meyakini bahwa Buya Syafii sebagai suluh bangsa, nyalanya akan abadi menerangi Indonesia.

Demikian pula media yang kita cintai bersama, Kompasiana. Dengan mengangkat "Buya Syafii" sebagai salah satu topik pilihan, telah mendapat banyak sekali tanggapan dengan membanjirnya tulisan para kompasianer.

Tulisan ini pun diniatkan sebagai wujud penghormatan atas apa yang diperjuangkan Buya Syafii tanpa lelah, yakni menanamkan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan sebagai satu senyawa.

Syafii Maarif adalah urang awak asli alias orang Minangkabau. Namun, sebagian besar usia beliau dihabiskan di Yogyakarta, mulai sejak usia 18 tahun. 

Pendidikan beliau tidak berjalan mulus karena harus disambi dengan berbagai pekerjaan agar bisa punya uang untuk membiayai pendidikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun