Terlepas dari itu, tanpa bermaksud menyindir, bulan puasa merupakan masa "panen" bagi ustaz dan uztazah. Adakalanya, ustaz terpaksa menolak undangan karena jadwalnya sudah penuh selama satu bulan.
Memang, rasanya tak ada uztaz atau uztazah yang memasang tarif seperti halnya ceramah dari para motivator, pembawa acara, atau pembicara di sebuah forum seminar.
Tapi, dari cerita mulut ke mulut, biasanya sudah terbentuk "tarif" seorang penceramah agama. Penceramah kelas nasional (terkenal secara nasional) tentu "tarif"-nya lebih mahal ketimbang ustaz lokal.
Apalagi, penceramah papan atas biasanya punya tim manajemen sendiri, sehingga "negosiasi" (kalaupun bukan negosiasi "tarif", lazimnya perlu negosiasi waktu) antara pihak pengundang dan sang ustaz, dilakukan melalui tim manajemen.
Tak perlu lagi dipertentangkan apakah ustaz itu sebuah profesi atau semata ibadah, karena dimensi ibadah pun bisa diartikan secara luas.Â
Sehingga, orang yang mencari rezeki demi menghidupi keluarganya di jalan yang halal, dengan niat karena Allah akan bernilai ibadah.
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI