Setelah satu bulan berpuasa, jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, tentu banyak hikmah Ramadan yang dapat kita petik, sehingga perilaku kita menjadi lebih baik.
Justru, untuk melihat apakah puasa kita tidak sia-sia, semuanya akan tercermin dari kebiasaan sehari-hari kita setelah bulan puasa berlalu.
Sebagai contoh, dalam pengendalian nafsu, begitu sekarang bebas makan dan minum di siang hari, apakah kita mampu makan secara tidak berlebihan?
Jika kemurahan hati untuk bersedekah sudah bersemayam dalam diri seseorang, maka meskipun sudah tak lagi bulan puasa, ia tetap akan rajin bersedekah.
Libur panjang dalam rangka merayakan hari lebaran usai sudah, masing-masing kita yang tadinya sempat mudik, tentu telah kembali bekerja seperti biasa.
Nah, mari kita buktikan bahwa dengan hasil penggemblengan selama satu bulan saat Ramadan lalu, cara kita bekerja dan berinteraksi dengan orang lain menjadi lebih baik.
Kita tidak lagi melakukan hal-hal negatif. Misalnya, sebagai pedagang kita harus jujur dalam menjelaskan mutu barang yang kita jual kepada konsumen.
Demikian pula dalam takaran dan timbangan. Kalau ada pelanggan yang membeli 1 kilogram barang, betul-betul 1 kilogram, jangan akali menjadi 0,9 kilogram.
Kalau misalnya kita sebagai orang kantoran, jangan lagi melakukan perbuatan yang nyerempet korupsi, tidak memberikan atau menerima uang pelicin dalam rangka mengurus sesuatu.
Kita tentu familiar dengan istilah "budaya malu", yang maksudnya adalah malu jika kita melakukan kesalahan, tidak sesuai dengan aturan yang ada atau tidak sesuai dengan ajaran agama.
Contoh penerapannya adalah malu kalau kita tidak menjaga kebersihan, malu membuang sampah seenaknya, malu berkata bohong, malu tidak menempati janji, malu melanggar rambu-rambu lalu lintas, malu datang terlambat ke kantor, dan sebagainya.