Konon, pekerjaan paling membosankan adalah menunggu sesuatu. Makanya, di setiap tempat pelayanan umum atau pelayanan bagi pelanggan dari suatu perusahaan, disediakan ruang khusus untuk menunggu.
Ruang tunggu pun ada kelas-kelasnya. Yang saya tuliskan berikut ini bukan cerita tentang ruang tunggu sembarangan, tapi ada embel-embel lain yang menggambarkan bahwa pengguna ruang tunggu itu orang tertentu saja.
Contohnya, kalau di bank biasanya ada ruang tunggu untuk nasabah prioritas. Syarat menjadi nasabah prioritas berbeda-beda antar bank, tapi semuanya dikaitkan dengan saldo di rekening si nasabah yang tergolong besar.
Kalau di bandara, ada yang namanya executive lounge yang biasanya menyasar calon penumpang pesawat yang punya kartu debit atau kartu kedit yang dipegang nasabah prioritas dari bank tertentu yang bekerja sama dengan pihak pengelola lounge.
Kalau di stasiun kereta api antar kota, bagi penumpang kelas eksekutif, sebelum dipersilakan naik ke gerbong, bisa menunggu di ruang tunggu eksekutif.
Nah, tentu berada di ruang tunggu tersebut di atas jauh lebih nyaman ketimbang ruang tunggu bagi penerima bantuan sosial di bank pemerintah yang bisa mengular sampai ke halaman bank sambil berdiri atau jongkok, karena kehabisan kursi plastik.
Atau, ruang tunggu di puskesmas ketika banyak pemegang kartu BPJS yang antri sebelum jam pelayanan dimulai. Bahkan, ada yang datang sejak waktu subuh.
Saya kebetulan lumayan sering berada di ruang tunggu, baik kelas eksekutif mapun kelas "ekonomi" (sekadar membedakan dengan yang eksekutif).
Karena saya seorang pembaca koran atau majalah, jika saya berada di ruang tunggu eksekutif, hal pertama yang saya cari adalah rak koran, apakah tersedia koran hari ini.
Koran Kompas dan Majalah Tempo menjadi favorit saya, tapi kalau itu tidak ada, koran apapun saya lahap.Â
Jika saya berada di ruang tunggu noneksekutif, saya tidak perlu celingak celinguk mencari rak koran karena memang tidak ada. Maka, saya langsung membaca berita online.